"Siapa pun yang menolak untuk menghormati nilai-nilai kami pasti akan menerima konsekuensinya," kaya Mahdi.
Keputusan tersebut dibuat pada pertengahan Desember 2020 lalu dan dikonfirmasi setelah pejabat imigrasi berbicara dengan imam pada pertengahan Januari 2021.
Namun, imam tersebut bisa mengajukan banding atas keputusan ini.
Pernyataan pemerintah mengatakan bahwa imam tersebut menulis pesan kebencian kepada komunitas LGBT itu di Facebook.
Pemerintah menilai tulisannya itu mengandung hasutan untuk membenci.
Sebuah sumber yang dekat dengan kasus tersebut mengatakan, imam itu bertugas di Masjid Yesil Camii yang melayani komunitas Turki di Houthalen-Helchteren, di wilayah Flemish di Limbourg.
Masjid ini menerima bantuan dari pemerintah Belgia karena terdaftar oleh sebagai tempat ibadah yang diakui.
Akan tetapi, pemerintah daerah berusaha untuk menangguhkannya.
Hingga saat ini seorang imam asal Turki tersebut belum memberikan penjelasan secara rinci kepada media.***