Strain Mutan Ditemukan di 50 Negara, Ilmuwan: Virus Corona Baru Akan 'Sapu' Seluruh Dunia

- 12 Februari 2021, 20:46 WIB
Strain mutan virus Corona baru telah ditemukan di 50 negara. /Kolase foto dari Pixabay dan Daily Mail
Strain mutan virus Corona baru telah ditemukan di 50 negara. /Kolase foto dari Pixabay dan Daily Mail /

PR BEKASI - Telah ditemukan di lebih dari 50 negara di seluruh dunia strain mutan B.1.1.7 pada virus Corona yang telah berevolusi menjadi virus yang lebih menular daripada Covid-19 biasa.

Varian baru virus Corona tersebut dinamakan dengan 'Kent' yang saat ini menjadi barang baru yang paling dominan di seluruh dunia.

Ilmuwan ternama inggris, Profesor Sharon Peacock mengatakan, kemungkinan besar varian baru tersebut akan 'menyapu' atau menyebar di seluruh dunia.

Baca Juga: Akui Pernah Terjebak dalam Toxic Relationship, Agnez Mo Bicarakan Persepsi Soal Pengkhianatan dan Kesetiaan

Dirinya menjelaskan bahwa varian baru tersebut telah menjadi yang paling dominan di Inggris melebih Covid-19 biasa.

Peacock menyampaikan, ada kekhawatiran varian baru virus Corona tersebut telah bermutasi kembali seperti dengan yang saat ini berkembang di Afrika Selatan.

Dia menegaskan, jika berkembang lagi, maka virus Corona baru tersebut dapat beradaptasi dan melawan kekebalan tubuh manusia dari infeksi oleh Covid-19 lama atau dari vaksin yang ada saat ini.

Baca Juga: Prabowo Subianto Minta Kader Gerindra Tak Buat Gaduh, Effendi Gazali: Bang Fadli Zon Tenang Saja

Bahkan Profesor Peacock juga mengungkapkan fakta lain yang mengejutkan jika hal tersebut terjadi.

"Jika bermutasi kembali, untuk mengurut DNA serta RNA varian baru virus Corona tersebut, membutuhkan sekurang-kurangnya 10 tahun," ucapnya dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com, dari Daily Mail, Jumat, 12 Februari 2021.

Virus Corona varian baru bernama Kent (kiri atas) bisa menjadi strain virus yang paling dominan di seluruh dunia. /Daily Mail
Virus Corona varian baru bernama Kent (kiri atas) bisa menjadi strain virus yang paling dominan di seluruh dunia. /Daily Mail

Baca Juga: Diduga Stres di Masa Pandemi Covid-19, Kakek di Thailand Nekat Lahap Paku 10 cm

Varian baru tersebut pertama kali terdeteksi pada September 2020 dan penyebarannya sangat di seluruh dunia, sehingga membuat masyarakat ketakutan.

Sebuah analisis menunjukkan, varian baru tersebut menular 70 persen lebih cepat daripada strain sebelumnya.

Bahkan beberapa peneliti juga menyebut, varian baru tersebut sedikit lebih mematikan.

Baca Juga: Keutamaan, Doa, dan Niat Puasa Bulan Rajab 2021 Mulai 13 Februari 2021, Catat Jadwal Lengkap Lainnya

Profesor Peacock dengan tegas menyatakan bahwa penularan varian baru virus Corona tersebut akan membuat ilmuwan kewalahan selama beberapa tahun mendatang.

"Begitu kita mengatasinya, virus tersebut kemungkinan akan bermutasi kembali menjadi lebih ganas dan menyebabkan penyakit yang lebih parah," ucapnya.

"Tapi saya pikir, kami akan melakukan ini selama beberapa tahun ke depan dan akan tetap sibuk dengan virus Corona selama 10 tahun ke depan," sambungnya.

Baca Juga: Sebut Novel jadi Korban Pertama Permintaan Kritik Jokowi, Rocky Gerung: Ini Adalah Pemetaan Politik

Perlu diketahui, laboratorium kesehatan masyarakat yang dipimpin oleh Profesor Peacock tersebut saat ini telah menganalisis puluhan ribu spesimen dari orang-orang yang terinfeksi Covid-19 setiap harinya.

Walaupun sejauh ini vaksin Covid-19 yang digunakan di Inggris bekerja melawan varian virus baru lain yang ada di Inggris.

Nahasnya, varian "Kent" telah bermutasi lebih jauh sehingga vaksin yang ada saat ini kurang efektif. Hal tersebutlah yang membuat Profesor Peacock beserta timnya khawatir.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x