Pantai Israel Tercemar Tumpahan Minyak Misterius Akibat Bola Tar Beracun, Relawan dan Hewan Pingsan

- 26 Februari 2021, 14:26 WIB
aktivis mulai melaporkan gumpalan tar hitam di pantai Israel minggu lalu.
aktivis mulai melaporkan gumpalan tar hitam di pantai Israel minggu lalu. /Amir Cohen / Reuters/Reuters

PR BEKASI – Sepanjang 161 kilometer garis pantai Mediterranean Israel yang biasanya asri kini telah tercemar oleh minyak beku berwarna hitam (tar) dan tumpahan minyak sejak pekan lalu.

Pihak berwenang belum mengidentifikasi pelakunya, tetapi mereka mengatakan bahwa tar dan minyak berbahaya bagi manusia dan kehidupan laut.

Tar tersebut pertama kali terlihat di pantai Israel pada Rabu, 18 Februari 2021 lalu setelah badai musim dingin yang hebat menghantam garis pantai.

Al Jazeera melaporkan bahwa Kementerian Perlindungan Lingkungan Israel memperkirakan bahwa sebanyak 1.100 ton tar telah tersapu ke tepian.

Baca Juga: Cek Fakta: Khofifah Dikabarkan Bongkar Aliran Dana Korupsi Pembangunan Museum SBY-Ani, Ini Faktanya

Baca Juga: Akibat Longsor, Ratusan Peti Mati di Itali ke Luar dari Kuburan dan Bergerak ke Laut Hingga Buat Warga Merasa

Baca Juga: Dilaporkan Hadapi Kendala, Dinkes Kota Bekasi Ungkap Masalah Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia 

Biasanya, tumpahan minyak membentuk lapisan tipis di permukaan air dan sebagiannya terbawa ke pantai dalam bentuk yang lebih cair.

Tumpahan Israel, entah bagaimana berubah menjadi bola tar karena kondisi laut disana dan menciptakan gumpalan kecil minyak beku atau tar menurut NOAA.

Pada Sabtu, 21 Februari 2021, gambar satelit dari Badan Keamanan Maritim Eropa menunjukkan bahwa tumpahan kemungkinan besar berasal sekitar 50 kilometer di lepas pantai Israel.

Namun penyebab pasti tumpahan itu dan siapa yang bertanggung jawab atas tumpahan itu masih tidak diketahui sebagaimana dilaporkan Haaretz.

Baca Juga: Bahas Pertemuan dengan Anya Geraldin, Rizky Febian Ungkap Dirinya Ternyata Seorang Peminum Minuman Beralkohol 

Ribuan sukarelawan hadir di sepanjang garis pantai Israel setelah badai mereda untuk membersihkan tar dengan tangan mereka.

Para sukarelawan bergerak setelah LSM lingkungan termasuk Eco Ocean dan Zalul meminta bantuan publik.

Tentara Israel juga dikirim untuk membantu menangani upaya pembersihan.

Namun, beberapa relawan harus dibawa ke rumah sakit setelah pingsan akibat menghirup asap beracun yang dikeluarkan oleh pasir yang bercampur dengan tumpahan minyak.

Pada Minggu, 22 Februari 2021, pejabat pemerintah menutup seluruh garis pantai Mediterania Israel sepanjang 195 km bagi masyarakat, karena masalah kesehatan.

Baca Juga: Diyakini Bisa Berpotensi Memicu Kontaminasi Virus, Berikut Jenis Sabun yang Harus Dihindari 

Dampak kehidupan laut

Meskipun masih terlalu dini untuk mengetahui dampak pasti dari tumpahan ini terhadap lingkungan laut, para pejabat khawatir tumpahan ini bisa sangat merusak, menurut Al Jazeera.

Pada hari Rabu, seekor paus sirip terdampar mati di sebuah pantai di Israel selatan pada saat yang sama ketika gumpalan tar pertama hanyut ke utara.

Sebuah nekropsi (otopsi hewan) oleh dokter hewan INPA mengungkapkan bahwa perut paus itu berisi cairan hitam ketika pengujian lebih lanjut yang sedang dilakukan akan memastikan apakah cairan itu adalah minyak.

Selain itu, hewan seperti paus, penyu, dan burung laut adalah beberapa hewan laut yang paling berisiko dari tumpahan minyak karena mereka bernapas dan makan di permukaan.

Baca Juga: Akibat Dirikan Musala, Pengembang Grand Wisata Bekasi Gugat Warga Hingga Larang Azan dan Pengajian 

Ruth Yahel, Ahli ekologi kelautan dengan INPA mengibaratkan tumpahan minyak seperti menutup kehidupan laut.

"Bayangkan Anda memasang atap untuk menutupnya. Bayangkan seluruh dunia makhluk hidup ditutup dan dicekik oleh tar," kata Ruth Yahel seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Live Science Jumat, 26 Februari 2021.

Dan para ahli khawatir bahwa ter yang tersapu ke pantai hanyalah sebagian kecil dari lumpur beracun yang masih ada di luar sana.

"Ketakutan terbesar adalah ada lebih banyak tat di laut saat ini yang meracuni satwa liar, dan masih belum mencapai kita," kata Ilmuwan kelautan dari Universitas Haifa Dor Adelist.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Live Science


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x