Badai Pasir Terburuk dalam Satu Dekade, Ubah Langit Beijing jadi Kuning dan Ciptakan Ilusi ‘Matahari Biru’

- 29 Maret 2021, 13:19 WIB
 Seseorang berjalan dengan sapu dan pengki pada jam sibuk pagi hari saat Beijing, China, dilanda badai pasir, 15 Maret 2021.
Seseorang berjalan dengan sapu dan pengki pada jam sibuk pagi hari saat Beijing, China, dilanda badai pasir, 15 Maret 2021. /REUTERS/

PR BEKASI - Badai pasir yang melanda Beijing, China pada Minggu pagi, 28 Maret 2021 telah meningkatkan tingkat polusi udara hingga melewati grafik polusi udara.

Mengubah langit Beijing menjadi kuning dan mengurangi penampakan matahari hingga hanya terlihat sebagai titik berwarna biru.

Badai pasir itu adalah badai kedua yang menghantam ibu kota China dalam kurun waktu kurang dari dua minggu.

Tak lama setelah Biro Meteorologi Beijing mengeluarkan peringatan kuning (Tingkat polusi udara terendah kedua dalam sistem empat tingkat) pada hari Sabtu, 27 Maret 2021.

Baca Juga: Akan Lawan Kezaliman di Partai Demokrat, Marzuki Alie: Ini Bukan untuk Kami, Tapi untuk Generasi Muda

Baca Juga: Kebakaran Pertamina Indramayu: PLN Jabar Beberkan Jumlah Gardu Listrik Terdampak

Baca Juga: Akhirnya Dapatkan Informasi, Kapolda Jabar Ungkap Awal Mula Kebakaran Kilang Minyak Pertamina Balongan

Mereka juga memperingatkan angin kencang dan menyarankan warga untuk tinggal di rumah jika memungkinkan.

Pada Minggu siang, indeks kualitas udara kota Beijing telah berhenti naik, setelah mencapai angka maksimum 500.

Di platform media sosial Tiongkok, Weibo, orang-orang berbagi foto "matahari biru", fenomena langit yang pertama kali terlihat di langit di atas Beijing ketika badai pasir terakhir melanda pada Senin, 15 Maret 2021.

Sebuah laporan Beijing Evening News mengatakan ilusi optic tersebut disebabkan oleh "Hamburan Rayleigh", yang menjelaskan bagaimana warna yang menyusun sinar matahari dihamburkan oleh partikel di udara.

Badai pasir tersebut disebabkan oleh angin kencang yang membawa debu dari kawasan Mongolia yang dilanda kekeringan dan bagian lain di barat laut China.

Baca Juga: Penganiayaan Jurnalis Tempo ketika Bertugas, LPSK Telaah Permohonan Perlindungan Korban

Xinhua mengatakan kawasan Mongolia Dalam, Shaanxi, Shanxi, Hebei, Tianjin, Liaoning dan Jilin juga terkena dampak badai pada hari Minggu.

Jarak pandang di Beijing dikurangi menjadi kurang dari 1.000 meter.

Beijing Youth Daily melaporkan bahwa badai pasir diperkirakan akan berlangsung sekitar 12 jam.

Cuaca buruk menyebabkan penundaan dan pembatalan penerbangan di beberapa bandara di China Utara.

Di Mongolia Dalam yang paling parah terkena dampak, sekitar 60 persen penerbangan di Bandara Chifeng dan 50 persen di Bandara Baotou dibatalkan pada hari Minggu karena jarak pandang yang buruk, menurut aplikasi informasi penerbangan Umetrip.

Tetapi kondisi yang buruk tampaknya tidak menyurutkan antusiasme wisatawan dan penjelajah siang hari di Beijing, dengan kerumunan orang berbondong-bondong ke tempat-tempat seperti Museum Istana dan Taman Yuyuantan, menurut situs web mereka.

Wang Ji, direktur Pusat Iklim Beijing, yang dikutip oleh Beijing Youth Daily mengatakan jarang terjadi dua badai pasir besar dalam waktu kurang dari dua minggu.

Ibukota China biasanya hanya mencatat satu kali badai pasir sepanjang tahun lalu sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Asia One pada Senin, 29 Maret 2021.

Pusat Meteorologi Nasional mengatakan badai pasir yang melanda bagian utara negara itu pada awal bulan adalah yang terburuk dalam satu dekade, dengan 12 provinsi diselimuti pasir kuning dan debu.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Asia One


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah