Mohon Bantuan Internasional Ikuti Kontes Ratu Sejagad, Miss Grand Myanmar Disarankan Tinggal di Luar Negeri

- 5 April 2021, 18:38 WIB
Han Lay, Miss Grand Myanmar bersiap sebelum wawancara dengan Reuters di Bangkok, Thailand, 2 April 2021.
Han Lay, Miss Grand Myanmar bersiap sebelum wawancara dengan Reuters di Bangkok, Thailand, 2 April 2021. /REUTERS/

PR BEKASI – Model sekaligus Miss Grand Myanmar, Han Lay, memang tidak memenangkan kontes kecantikan Miss Grand International minggu lalu di Bangkok, Thailand.

Namun dia akan dikenang sebagai salah satu kontestan yang paling bersemangat.

Wanita berusia 22 tahun itu sempat mencuri perhatian saat berada di kontes kecantikan ratu sejagad tersebut lewat pidato emosionalnya.

Dalam pidatonya saat kontes pada Sabtu, 3 April 2021 dia memohon "Mendesak bantuan internasional" untuk negaranya.

Baca Juga: Terlibat Kasus Penipuan, Mantan Bintang Timnas Indonesia Ini Dilaporkan ke Polisi

Baca Juga: Viral, Pria Banting Sepeda ke Jendela Mobil Komedian yang Kampanyekan Pakai Masker dan Jaga Jarak

Baca Juga: Sentil Pihak yang Bandingkan Jokowi di Nikahan Atta-Aurel dengan Kasus HRS, Teddy Gusnaidi: Sakit Jiwa Itu!

Pada hari yang sama 141 demonstran tewas dalam tindakan keras oleh pihak militer menurutnya hal tersebut merupakan tindakan egois dan menyalahgunakan kekuasaan mereka.

Diketahui pada Jumat, 2 April 2021, dia mengatakan rekan senegaranya dalam gerakan anti-kudeta tidak akan mundur dari perjuangan yang sejauh ini telah merenggut hampir 550 nyawa dalam dua bulan (Februari – Maret).

"Saya dapat mengatakan satu hal, bahwa kami warga Myanmar tidak akan pernah menyerah," kata Han Lay seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Senin, 5 April 2021.

"Mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka akan bertarung di jalan dan saya juga berjuang di atas panggung sekarang. Jadi saya pikir jika mereka tidak menyerah, kami akan menang," sambungnya.

Myanmar telah mengalami kekacauan sejak kudeta, dengan demonstrasi dan pemogokan harian yang dirancang untuk melumpuhkan pemerintahan negara, banyak di antaranya telah ditindas secara mematikan oleh pasukan keamanan dengan peluru tajam.

Korbannya sebagian besar adalah kaum muda, yang lahir di tahun-tahun terakhir pemerintahan setengah abad militer sebelum tahun 2011 berganti dengan era demokrasi dan reformasi ekonomi yang singkat.

Mengingat kejadian pada hari Sabtu, dia mengatakan pidato emosionalnya, berasal dari kesedihan mendalam yang tidak dapat dia kendalikan.

"Saya mengendalikan perasaan saya saat itu karena saya perlu berbicara selama dua atau tiga menit kepada seluruh dunia," katanya.

"Saya perlu berbicara. Saya sering menangis dan juga sepanjang malam ketika saya kembali ke kamar saya, saya kembali menangis. Sampai sekarang pun ketika saya berbicara tentang Myanmar, saya akan menangis lagi," sambungnya.

Dia berkata bahwa dia tidak dapat fokus pada kompetisi dan merasa bersalah tentang orang-orang yang menderita di kampung halamannya.

"Ratu kecantikan perlu tersenyum setiap saat, perlu terhubung dengan setiap orang, secara pribadi," katanya.

"Saya tidak bisa bahagia di sini karena (selama) saya melakukan aktivitas sehari-hari di sini, banyak orang meninggal di Myanmar.

Pendiri Miss Grand, Nawat Itsaragrisil, mengatakan keputusan Han Lay untuk menentang junta berarti dia harus tinggal di luar negeri.

"Jika dia (akan) kembali ke Myanmar sekarang, dia tidak akan kembali ke rumah, dia akan masuk penjara." kata Nawat.***

Editor: Ikbal Tawakal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x