Reuters tidak bisa memverifikasi secara independen laporan itu. Juru bicara militer Myanmar belum bisa dimintai tanggapannya.
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa puluhan ribu warga sipil telah meninggalkan rumah mereka akibat pertempuran antara militer dan pemberontak etnis minoritas di wilayah perbatasan utara dan timur yang terpencil.
Baca Juga: Para Pelancong dari India yang Nekat Masuk ke Australia Terancam Hukuman 5 Tahun Penjara
Konflik meningkat setelah para jenderal Myanmar merebut kekuasaan pada 1 Februari, menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.
Lebih lanjut, Myanmar saat ini berada dalam kekacauan sejak kudeta, dengan protes hampir setiap hari terhadap kekuasaan militer di seluruh negeri.
Pada hari Minggu, pasukan keamanan Myanmar melepaskan tembakan ke beberapa demontran dan menewaskan sedikitnya delapan orang.
Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mengatakan pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 765 pengunjuk rasa sejak kudeta. Reuters tidak dapat mengkonfirmasi jumlah korban.***