Demi Palestina, Erdogan Telepon dan Ajak Vladimir Putin Beri Pelajaran untuk Israel

- 13 Mei 2021, 20:02 WIB
Presiden Turki Erdogan (kiri) bersama Presiden Rusia Putin (kanan).
Presiden Turki Erdogan (kiri) bersama Presiden Rusia Putin (kanan). /AA

PR BEKASI - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan baru saja menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dalam teleponnya itu, Erdogan mengatakan kepada Putin bahwa komunitas Internasional harus memberi Israel pelajaran yang besar atas perilakunya terhadap Palestina.

Menurut Direktorat Komunikasi Kepresidenan Turki, pernyataan itu disampaikan Erdogan dalam sebuah panggilan telepon dengan Putin pada Rabu, 12 Mei 2021.

Baca Juga: Meradang Lagi Saat Puluhan Masjid Dicurigai Radikalisme, Erdogan: Emmanuel Macron Itu Beban Prancis! 

Erdogan menekankan perlunya respons dari komunitas Internasional untuk memberi Israel pelajaran besar atas ulahnya sehingga membuat negara dengan mayoritas kaum Yahudi itu jera.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, Kamis, 13 Mei 2021, Erdogan juga mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera turun tangan dan memberikan "pesan yang tegas dan jelas" terhadap Israel.

Dalam pernyataannya, Direktorat Komunikasi Kepresidenan Turki mengatakan, Erdogan menyarankan kepada Putin agar rencana penurunan pasukan perlindungan Internasional untuk melindungi Palestina wajib dipertimbangkan.

Baca Juga: Buat 'Ulah' Lagi, Iran Protes Puisi yang Dibacakan Erdogan dapat Memicu Separatisme 

Sebagai informasi, pada akhir tahun lalu, Erdogan menyatakan keinginannya untuk melihat hubungan antara Turki dan Israel membaik.

Hal itu dilakukan setelah bertahun-tahun perselisihan tentang pendudukan Tel Aviv di Tepi Barat dan perlakuannya terhadap Palestina.

Turki, yang pada 1949 menjadi negara mayoritas Muslim pertama yang mengakui Israel, pertama kali memutuskan hubungan dengan Israel pada 2010.

Hal itu terjadi setelah 10 aktivis Turki pro-Palestina dibunuh oleh pasukan komando Israel yang menaiki kapal milik Turki, Mavi Marmara.

Baca Juga: Lontarkan Serangan ke Emmanuel Macron, Jerman Tuduh Erdogan dan Turki Dukung Aksi Terorisme di Eropa 

Tragedi Mavi Marmara merupakan bagian dari armada yang mencoba mengirimkan bantuan untuk mematahkan blokade maritim Israel selama setahun di Gaza.

Diketahui blokade Israel di Jalur Gaza yang diduduki telah berlangsung sejak Juni 2007, ketika Israel memberlakukan blokade darat, laut, dan udara di daerah tersebut.

Turki dan Israel kemudian memperbaiki hubungannya pada 2016, tetapi hubungan memburuk lagi pada 2018.

Pada Mei tahun itu, Ankara menarik utusannya karena serangan mematikan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.

Baca Juga: Jalin Kerjasama dengan Elon Musk, Erdogan Akan Kirim Astronaut Turki ke Bulan Tahun 2023 

Saat itu warga Palestina terkepung ketika memprotes keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan kedutaan Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Erdogan dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sering saling "semprot", tetapi kedua negara terus berdagang satu sama lain.

Pada Agustus tahun lalu, Israel menuduh Turki memberikan paspor kepada belasan anggota Hamas di Istanbul.

Baca Juga: Joe Biden Sebut Vladimir Putin 'Pembunuh', Erdogan: Komentar Dia Tak Cocok untuk Seorang Kepala Negara 

Israel menyebut langkah tersebut sebagai "langkah yang sangat tidak ramah" yang dilakukan oleh Turki kepada Israel.

Hingga detik ini, gempuran udara antara Israel dan militan Palestina, Hamas terus berlanjut tanpa henti.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan jumlah korban tewas secara keseluruhan sejak dimulainya serangan mencapai 69, termasuk 17 anak-anak dan 8 wanita hingga Kamis pagi, 13 Mei 2021.

Lebih dari 390 lainnya terluka. Sementara, dari pihak Israel, setidaknya enam orang tewas termasuk satu anak.

Baca Juga: Semprot Pihak yang Terus Salahkan Jokowi, Ferry Koto: Coba Presidennya Erdogan, Akan Dibela Habis-Habisan 

Lantas apa yang menjadi penyebab konflik Israel-Palestina Ini?

Israel meluncurkan serangan udara mematikan di Gaza sebagai respons serangan roket yang ditembakan Hamas dan militan Palestina.

Roket yang ditembakan Hamas dan militan Palestina tersebut ternyata adalah hasil dari kekerasan aparat Israel kepada warga Palestina yang sedang beribadah di kompleks Masjid Al-Aqsa.

Selama beberapa pekan terakhir. Israel memblokir tempat berkumpul orang-orang Palestina untuk bersosialisasi saat berbuka puasa.

Baca Juga: Kecam Aksi Serangan Udara, Erdogan: Israel adalah Musuh Islam! 

Insiden tersebut mengakibatkan bentrok selama dua pekan sebelum Israel mencabut perbatasan.

Kendati demikian, bentrok kembali terjadi dalam beberapa hari terakhir karena Israel mengancam akan melakukan penggusuran terhadap puluhan warga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah.

Kompleks Masjid Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga dalam Islam. Di sisi lain, situs ini juga dianggap suci oleh orang Yahudi.

Mereka menyebutnya sebagai Temple Mount dan menghormatinya sebagai tempat di mana kuil-kuil Alkitab berdiri.

Baca Juga: Erdogan Telepon Putin Soal Konflik Israel-Palestina, Ada Apa?  

Ini adalah titik api dari konflik Israel-Palestina yang terjadi sejak lama.

Polisi Israel menembakkan peluru karet dan granat ke arah pemuda Palestina. Kejadian itu terjadi pada hari Jumat di Masjid Al-Aqsa Yerusalem.

Konflik itu terjadi karena warga mendengar adanya potensi penggusuran warga Palestina dari rumah mereka.

Akibat bentrok tersebut, setidaknya 205 warga Palestina dan 17 petugas polisi terluka.

Petugas medis Palestina mengatakan, ada ribuan warga Palestina yang menghadapi ratusan polisi Israel yang dilengkapi dengan perlengkapan anti huru hara.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x