Dia mengatakan istilah Rohingya baru muncul sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948.
"Setelah kami merdeka, sensus juga mencatat kata-kata 'Bengali', 'Pakistan' dan 'Chittagong', tetapi tidak pernah ada kata 'Rohingya', jadi kami tidak pernah menerimanya," kata Jenderal Min Aung Hlaing.
Rohingya secara luas disebut sebagai Bengali oleh otoritas Myanmar sehingga menyiratkan bahwa mereka adalah orang luar dari Bangladesh, meskipun beberapa dapat melacak asal-usul mereka di Myanmar selama berabad-abad.
Pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi, yang digulingkan oleh Jenderal Min Aung Hlaing pada 1 Februari, juga mendapat kecaman internasional karena membela tentara dari tuduhan genosida yang berkaitan dengan Rohingya.
Dia dan militer menolak tuduhan genosida dengan mengatakan pasukan keamanan terlibat dalam operasi yang sah terhadap pemberontak Rohingya ketika para pengungsi melarikan diri ke Bangladesh.
Tidak lama setelah kudeta, Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan upaya untuk memulangkan pengungsi dari Bangladesh akan terus berlanjut, tetapi belum ada tanda-tanda kemajuan sementara junta berjuang untuk memaksakan kendali di Myanmar.
Bangladesh sangat ingin melihat Rohingya kembali ke Myanmar dari kamp-kamp besar tempat sebagian besar dari mereka tinggal di distrik perbatasan tenggara Bangladesh.
Jurnal Bangladesh Dhaka Tribune melaporkan pada hari Senin, 24 Mei 2021 bahwa upaya sedang dilakukan untuk memulai kembali pembicaraan tentang pemulangan antara Bangladesh dan Myanmar dengan bantuan China.***