Dianggap Tak Becus dan Anggap Remeh Covid-19, Warga Brasil Tuntut Pemakzulan Presiden Bolsonaro

- 30 Mei 2021, 08:55 WIB
Ilustrasi bendera Brasil.
Ilustrasi bendera Brasil. /Pixabay/gleidiconrodrigues

PR BEKASI – Puluhan ribu warga Brasil turun ke jalan-jalan di kota-kota besar di negara tersebut untuk melaksanakan aksi demonstrasi menuntut pemakzulan Presiden Jair Bolsonaro, Sabtu, 29 Mei 2021.

Jair Bolsonaro dianggap tidak becus dalam menghadapi pandemi virus Covid-19 yang telah merenggut setengah juta warga Brasil.

Diketahui, aksi demonstrasi anti-Jair Bolsonaro tersebut dilakukan di lebih 200 kota besar dan kecil dan yang terbesar selama pandemic Covid-19 menyerang Brasil.

Hal tersebut dikatakan oleh Silvia de Mendoca (55) yang merupakan seorang aktivis hak-hak sipil dari Gerakan Hitam Bersatu Brasil (Brazil’s Unified Black Movement) saat dia memimpin demonstrasi di Rio de Janeiro.

Baca Juga: Hasil Uji Efikasi Rendah, Brasil Putuskan Tetap Pakai Vaksin Covid-19 Sinovac 

"Hari ini adalah tonggak penting dalam pertempuran untuk mengalahkan pemerintahan genosida Bolsonaro," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The Guardian.

Osvaldo Bazani da Silva (48), seorang penata rambut yang kehilangan adik laki-lakinya karena Covid-19 mengatakan dirinya akan terus mengikuti demonstrasi sampai pemakzulan dilakukan terhadap Jair Bolsonaro.

"Kami tidak bisa kehilangan nyawa Brasil lagi. Kami harus turun ke jalan setiap hari sampai pemerintahan ini jatuh," katanya.

Banyak demonstran yang membawa banner buatan sendiri yang berisi nama-nama anggota keluarga maupun sahabatnya yang tewas karena Covid-19.

Baca Juga: Peneliti Sebut Efektivitas Vaksin Sinovac di Brasil Lebih Rendah Dibandingkan Indonesia

"Saya disini mengenangnya," kata Luiz Dantas (18) sambal memegang foto kakeknya yang meninggal karena Covid-19 di umur 75 tahun pada Februari 2021 lalu.

Sampai artikel ini dibuat, pandemi Covid-19 di Brasil telah menewaskan kurang lebih 460.000 orang.

Jumlah korban tewas tersebut merupakan jumlah kematian akibat Covid-19 terbesar kedua setelah Amerika Serikat.

Menurut Luiz Dantas, Jair Bolsonaro telah berulang kali menganggap remeh Covid-19 dan menyebutnya sebagai flu kecil dan melakukan sabotase upaya pencegahan penyebaran seperti menjaga jarak dan penguncian wilayah.

Baca Juga: Tiba-tiba Kecewa, Para Peneliti di Brasil Sebut Efektivitas Vaksin Sinovac Hanya 50,4 Persen

"Pelakunya memiliki nama depan dan nama belakang. Saya menginginkan keadilan," kata remaja tersebut sambal meneteskan air mata.

Irene Grether (69), seorang psikoanalis yang juga mengikuti demonstrasi tersebut mengatakan dua kerabatnya telah meninggal akibat kelambatan pemerintah yang menangani Covid-19.

"Pemerintah ini lebih berbahaya daripada virus," katanya ketika ribuan pengunjuk rasa berkumpul di dekat sebuah patung mengenang pemimpin perlawanan anti-perbudakan Brasil, Zumbi dos Palmares.

Penyelidikan kongres saat ini sedang membedah tanggapan bencana jair Bolsonaro terhadap krisis kesehatan masyarakat dengan pengungkapan yang merusak tentang perilaku pemerintahnya yang disiarkan setiap malam di berita.

Baca Juga: Kemanjuran Vaksin Sinovac Capai 50 hingga 90 persen saat Diuji Coba di Brasil

Jair Bolsonaro sendiri telah membela tanggapannya terhadap pandemi, mengklaim penentangannya yang gigih terhadap penguncian dirancang untuk memproyeksikan mata pencaharian dan pekerjaan Brasil.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x