Data Mahasiswa Israel Diretas Hacker Pro-Palestina, Nomor Telepon hingga Alamat Rumah Bocor ke Publik

- 28 Juni 2021, 11:20 WIB
Ilustrasi hacker. Hacker Pro-Palestina asal Malaysia 'DragonForce' bocorkan data 280.000 mahasiswa Israel.
Ilustrasi hacker. Hacker Pro-Palestina asal Malaysia 'DragonForce' bocorkan data 280.000 mahasiswa Israel. /Pixabay

PR BEKASI - Sebuah kelompok hacker pro-Palestina asal Malaysia, mengklaim bahwa mereka telah berhasil membobol  280.000  data mahasiswa di israel.

Kelompok hacker pro-Palestina asal Malaysia tersebut dikenal sebagai 'DragonForce'.

Data yang dibocorkan oleh hacker pro-Palestina asal Malaysia tersebut antara lain nama, nomor telepon, alamat email, dan alamat rumah.

Baca Juga: Akun Telegram Novel Baswedan Diretas, Sejumlah Penyidik KPK Alami Hal Sama pada Akun WhatsAppnya, Ada Apa?

Selama ini, sebuah perusahaan AcadeME telah ditargetkan oleh kelompok hacker Malaysia pro-Palestina.

Sebagai informasi, AcadeME merupakan sebuah situs website Israel yang membantu mahasiswa dan para lulusan untuk menemukan pekerjaan.

DragonForce juga menuliskan dalam pesan Telegram-nya bahwa mereka telah meretas data yang ada di website Israel tersebut.

Baca Juga: Intelijen Korsel: Korut Sedang Coba Retas Pfizer untuk Dapatkan Informasi Vaksin Covid-19

"JARINGAN PEREKRUTAN SISWA DAN LULUSAN TERBESAR DAN TERLENGKAP DI ISRAEL Diretas Oleh DragonForce Malaysia," tulis pesan Telegram pada 20 Juni, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com melalui The Jerusalem Post, Senin, 28 Juni 2021.

Kelompok tersebut juga mengklaim bahwa mereka berhasil membocorkan data email, kata sandi, nama depan dan belakang, alamat, dan bahkan nomor telepon siswa yang terdaftar di AcadeME.

Selain itu, mereka juga berhasil menyerang screenshot kode, alamat server, dan tabel termasuk alamat email dan nama.

Baca Juga: Kejahatan Siber Diprediksi Meningkat Pada Tahun 2021, Berikut Tips untuk Cegah Peretasan Data

"Ini adalah seruan mendesak bagi semua Peretas, Organisasi Hak Asasi Manusia dan Aktivis di seluruh dunia untuk bersatu kembali dan memulai kampanye melawan Israel, berbagi apa yang sebenarnya terjadi di sana, mengekspos aktivitas teroris mereka ke dunia," tulis para peretas di Telegram.

"Kami tidak akan pernah tinggal diam terhadap aktivitas perang Israel," tulisnya, menambahkan.

Menurut May Brooks-Kimpler, bahwa para peretas telah membocorkan rincian sekitar 280.000 siswa yang menggunakan layanan tersebut sejak 2014.

Baca Juga: Soroti Soal Dugaan Data Pertamina Diretas, Pakar TI: Hal Ini Harus Menjadi Perhatian Khusus

Sementara itu, pada hari yang sama, kelompok tersebut juga mengklaim bahwa mereka berhasil membocorkan data paspor Israel dalam jumlah besar.

Kelompok tersebut juga melakukan serangan DDos terhadap bank-bank Israel pada Jumat, yaitu termasuk Bank of Israel, Bank Leumi dan Mizrahi Tefahot.

Pada awal tahun ini, Yigal Unna selaku kepala Direktorat Siber Nasional Israel (INCD) memperingatkan bahwa serangan siber dapat melumpuhkan institusi akademik Israel jika tindakan yang tepat tidak diambil.

Baca Juga: Soroti Soal Dugaan Data Pertamina Diretas, Pakar TI: Hal Ini Harus Menjadi Perhatian Khusus

Mengingat peringatan berulang dan insiden siber di sektor akademik, ancaman siber yang ditimbulkan menghadapkan institusi pada skenario yang wajar dari kerusakan aktual pada berbagai sistem operasi hingga melumpuhkan aktivitas institusi, dan kerusakan lebih lanjut pada aset informasi, bahkan nama baik institusi,” tulis Unna kepada Panitia Pimpinan Perguruan Tinggi.

Dia juga memperingatkan bahwa konektivitas ekstensif antara institusi akademik, badan dan organisasi lain dapat menimbulkan risiko bagi badan lain, dan dapat menyebabkan pertanggungjawaban.

Baca Juga: Data Pasien Covid-19 Diretas dan Dijual Hacker, BSSN Buka Suara

Surat itu datang 11 hari setelah serangan siber yang menargetkan Universitas Ben-Gurion di Negev, yang mengakibatkan pelanggaran di sejumlah servernya.

Selain itu, sebuah tim gabungan peneliti dari INCD dan Divisi Teknologi, Inovasi & Digital Ben-Gurion dibentuk setelah pelanggaran ditemukan, mereka bekerja untuk mencegah dan menahan agar tidak terjadi kebocoran informasi.

Unna juga mengatakan bahwa hingga saat ini masih belum jelas siapa yang melakukan serangan tersebut.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: jpost.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x