Disiksa Secara Psikologis, Anak-anak Palestina di Jalur Gaza Alami Trauma Berkepanjangan

- 4 Juli 2021, 10:00 WIB
Anak-anak Palestina di Jalur Gaza telah mengalami trauma berkepanjangan akibat disiksa secara psikologis oleh Israel.
Anak-anak Palestina di Jalur Gaza telah mengalami trauma berkepanjangan akibat disiksa secara psikologis oleh Israel. /REUTERS

PR BEKASI – Anak-anak Palestina di Jalur Gaza saat ini sedang disiksa secara psikologis oleh Israel.

Serangan militer terbaru Israel terhadap warga Palestina di Gaza menimbulkan trauma berkepanjangan pada anak-anak yang berdampak pada psikologis mereka.

Anak-anak yang tumbuh dalam ancaman serangan serta pembantaian oleh Israel dalam 13 tahun terakhir tersebut dapat berpengaruh terhadap fisik dan mental mereka.

Baca Juga: Polisi Israel Serang Warga Palestina yang Protes Atas Pembongkaran Toko di Pemukiman Silwan Yerusalem Timur

Hal tersebut dikatakan oleh Dr Samah Jabt yang merupakan ketua unit kesehatan mental di Kementerian Kesehatan Palestina.

“Hampir setiap hari mereka mendengar suara bom dan melihat anggota keluarganya meninggal. Setiap Israel menyerang Jalur Gaza, akan bertambah anak-anak Palestina yang trauma,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari Middle East Post pada Minggu, 4 Juli 2021.

Tidak ada tempat yang aman di Jalur Gaza, dan jumlah anak-anak yang berisiko akibat serangan Israel sangatlah luar biasa.

Baca Juga: Universitas Bergengsi di AS Berikan Dukungan Pada Palestina dan Sebut Israel Negara Apartheid

Serangan udara dan artileri Israel selama serangan 11 hari pada Mei 2021 lalu diketahui telah menewaskan 253 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak dan lebih dari 1.900 orang terluka.

“Tidak ada tempat yang aman bagi keluarga dan anak-anak untuk mencari perlindungan di Gaza. Saya bisa mendengar pemboman di latar belakang ketika orang-orang menelepon saya dari Gaza. Itu adalah situasi yang sangat tidak biasa," katanya.

Menurut Dr Jabr, Israel sengaja melakukan hal tersebut karena bertujuan untuk memberikan dampak psikologis yang besar pada orang-orang Palestina.

Baca Juga: Klaim Israel Hanya untuk Yahudi, Anggota Parlemen Serukan Pembunuhan Terhadap Pasangan Pernikahan Campuran

"Anak-anaklah yang paling rentan karena mereka berada pada tahap khusus dalam perkembangan mereka di mana mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan mekanisme pertahanan yang sehat," katanya.

Menurut Biro Pusat Statistik Palestina, pada tahun 2020 hampir setengah dari warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat berusia di bawah 18 tahun.

Rata-rata anak Palestina berusia 15 tahun di Jalur Gaza telah melalui empat serangan besar Israel.

Baca Juga: Dekat dengan Hamas dan IM, Israel Khawatirkan Kebangkitan Cabang Utara Gerakan Islam di Negaranya

Hampir semua orang di Jalur Gaza mengenal seseorang yang tewas dalam serangan mengerikan itu.

"Seluruh keluarga terpengaruh. Anak-anak hidup di bawah asuhan orang dewasa yang juga menderita, karena tingginya tingkat pengangguran, kemiskinan dan kerawanan pangan di Gaza," kata Dr Jabr.

Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa tentang efek perang pada anak-anak Palestina yang tinggal di Jalur Gaza menimbulkan gejala depresi, kecemasan dan gangguan stres pasca-trauma.

Baca Juga: Yair Lapid: Israel Akan Terus Gencar Normalisasi Hubungan dengan Semua Negara di Timur Tengah

Hal tersebut terlihat di antara anak-anak yang telah terkena peristiwa yang secara substansial menyedihkan seperti kehancuran rumah keluarga mereka, melihat anggota keluarga dibunuh, melihat dan mendengar jet dan bom, dan penangkapan anggota keluarga.

Efeknya sangatlah parah dan secara dramatis dapat menghambat kemampuan anak untuk tidur dan menyebabkan kurang konsentrasi, serangan panik, serta kecemasan.

“Mungkin bahkan lebih mengganggu, mereka dapat menanamkan rasa takut terus-menerus selama mereka hidup,” tutup Dr Jabr.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Middle East Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x