Bukan Mars, Ilmuwan Ungkap Enceladus dan Europa Lebih Berpotensi Dukung Kehidupan di Luar Bumi

- 17 Juli 2021, 05:28 WIB
Ilmuwan ungkap Enceladus dan Europa lebih menjanjikan untuk menopang kehidupan.
Ilmuwan ungkap Enceladus dan Europa lebih menjanjikan untuk menopang kehidupan. /NBC

 

PR BEKASI - Dengan kemajuan teknologi yang terbilang canggih, manusia modern saat ini tengah gencar melakukan riset tentang kehidupan di luar bumi.

Mars, sebagai planet yang paling dekat dengan bumi, menjadi destinasi utama dilakukan berbagai macam penelitian.

Pada pertengahan Februari 2021 lalu, NASA sukses mendaratkan drone di kawah Jezero, Mars.

Alih-alih Mars, astronom senior dari SETI Institute Seth Shostak justru memberikan pilihan alternatif penelitian kehidupan di luar bumi.

Baca Juga: Terinspirasi dari Nobita, Ilmuwan Beri Nama Spesies Dinosaurus Baru 'Eubrontes nobitai'

Seth Shostak mengungkap, Enceladus (bulan Saturnus) dan Europa (bulan Jupiter) lebih menjanjikan untuk diteliti ketimbang Mars.

"Enceladus dan Europa adalah prospek yang lebih baik daripada Mars," kata Seth Shostak, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari NBC pada Sabtu, 17 Juli 2021.

Pasalnya, Seth Shostak menilai Enceladus dan Europa memiliki kandungan air atau lautan yang mendukung adanya kehidupan ketimbang Mars.

Berdasarkan hasil penelitian, biosignature kimia yang memungkinkan adanya tanda-tanda mikroba ditemukan di Enceladus dan Europa.

Baca Juga: Ilmuwan Ungkap Nenek Moyang Asia Sudah Pernah Terjangkit Virus Corona Sejak 25 Ribu Tahun Lalu

Sejumlah ilmuwan mengungkap, ada petunjuk bentuk dasar kehidupan yang memungkinkan adanya evolusi di planet dan bulan di galaksi bimasakti.

Penelitian yang dilakukan oleh Regis Ferriere dai Universitas Arizona mengatakan, Enceladus dilapisi oleh lautan dengan kandungan air asin sedalam 12 hingga 15 mil atau sekitar 25.000 meter.

Permukaan Enceladus adalah lapisan es setebal 20 mil atau sekitar 32.000 meter.

Dari tangkapan satelit Cassini semenjak 2005 sampai 2015, tertangkap pertanda adanya metana dan hidrogen di Enceladus.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan DNA Manusia Berusia 25 Ribu Tahun, Nenek Moyang Manusia Asia dan Eropa?

Metana di Enceladus, lanjut Regis, diprediksi terbentuk oleh proses kimia murni. Tetapi, peneliti juga berspekulasi bahwa metana di Enceladus diakibatkan oleh adanya mikroba.

Kedua senyawa ini menandakan adanya kehidupan mikroba yang hidup berevolusi di sekitar ventilasi hidrotermal di dasar laut Enceladus.

Sementara itu, Europa juga diperkirakan memiliki lautan di bawah permukannya yang beku.

Kendati belum banyak penelitian tentang Europa, peneliti meyakini lauran di Europa lebih hangat ketimbang di Enceladus.

Spekulasi tersebut didasarkan pada letak Jupiter yang lebih dekat ke Matahari ketimbang Saturnus.

Adapun alasan belum banyak penelitian di Europa diketahui adalah karena gravitasi Jupiter yang terlalu besar sehingga menyulitkan penelitian tentang planet terbesar di tata surya ini.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: NBC


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah