Sebagai tanggapan, China telah melabeli studi Simularity sebagai "lelucon besar", dan menolak temuan itu sebagai tidak akurat dan menyesatkan .
Zhao Lijian –juru bicara Kementerian Luar Negeri China –menanggapi tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa Simularity adalah "memalsukan fakta, melanggar etika profesional, dan menyebarkan desas-desus tentang China."
Dia juga menambahkan bahwa China lebih dari siap untuk bekerja sama dengan negara-negara pesisir Laut China Selatan (negara-negara yang terletak di sepanjang pantai) untuk memastikan perdamaian dan stabilitas di kawasan itu.
Meskipun temuan itu penting bagi Filipina tetapi, pejabat dari berbagai kementerian negara itu juga meragukan temuan Simularity.
Menurut beberapa laporan, pejabat Filipina telah menunjukkan keengganan untuk menerima bukti sebagai kebenaran, karena gambar yang digunakan dalam laporan yang diterbitkan, sebuah foto yang menggambarkan sebuah perahu membuang limbah ke laut yang diduga ditangkap di Great Barrier Reef Australia tahun lalu, dan tidak berada dalam wilayah Kepulauan Spratly seperti yang diklaim oleh surat kabar tersebut.
"Kami telah mencatat berita yang beredar secara online tentang dugaan pembuangan limbah di Laut China Selatan," kata Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana.
"Bagaimanapun, saya telah mengarahkan Komando Barat yang memiliki yurisdiksi atas WPS untuk memverifikasi dan menyelidiki."
"Namun, foto kapal yang terlihat membuang sampah yang menyertai laporan itu ditemukan telah diambil di Great Barrier Reef Australia pada tahun 2014. Oleh karena itu, niat untuk menyesatkan ini telah menimbulkan keraguan besar atas keakuratan laporan Simularity," katanya, menjelaskan.***