Studi di Amerika Sebut Pasien yang Terpapar Covid-19 Usai Vaksinasi Lebih Cepat Sembuh

- 27 Agustus 2021, 14:07 WIB
Ilustrasi. studi di Amerika menyebut bahwa pasien terpapar covid-19 usai vaksinasi lebih cepat sembuh.
Ilustrasi. studi di Amerika menyebut bahwa pasien terpapar covid-19 usai vaksinasi lebih cepat sembuh. /Pixabay/AngeloEsslinger

 

PR BEKASI - Pandemi Covid-19 hingga kini masih melanda di berbagai belahan dunia.

Berbagai cara dilakukan mulai dari memakai masker hingga menjaga jarak sudah diterapkan agar mencegah penularan virus Covid-19.

Namun, cara yang dinilai paling ampuh saat ini adalah melakukan vaksinasi Covid-19.

Meski vaksin Covid-19 sudah tersedia, dinilai belum ada satupun yang memiliki efektivitas hingga 100 persen.

Baca Juga: Studi Terbaru Ungkap Terapi Antibodi AstraZeneca Bisa Cegah Covid-19 di Luar Penggunaan Vaksin

Tetapi bisa dipastikan bahwa vaksin Covid-19 bisa mengurangi risiko gejala yang parah.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Best Life Online, Jumat, 27 Agustus 2021, menyebut bahwa pasien yang terpapar Covid-19 usai vaksinasi dinilai lebih cepat sembuh.

Hal itu diungkapkan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) menyebut diperlukan penelitian lebih lanjut terkait penyebab sejumlah orang terinfeksi Covid-19 setelah vaksinasi dan gejala apa yang dialami.

Setidaknya ada 193.204 kasus terinfeksi Covid-19 pasca pemberian vaksin terjadi di Amerika serikat dalam rentang waktu 1 Januari hingga awal Agustus 2021.

Sebuah studi terbaru menemukan bahwa orang-orang yang telah melakukan vaksinasi lebih mungkin memiliki gejala Covid-19 saat terinfeksi.

Baca Juga: Studi Terbaru Ungkap Vaksin Covid-19 Aman bagi Penderita Penyakit Arthritis dan Lupus

Hal tersebut merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan tim dari Erasmus Medical Center Rotterdam, Belanda.

Dalam studi yang dirilis pada 21 Agustus di medRxiv, mempelajari 161 kasus diantara lebih dari 24.000 pekerja perawatan kesehatan yang sudah divaksin antara April dan Juli.

Menurut temuan studi tersebut, hampir 85 persen kasus terobosan memiliki gejala. Hanya 13 persen dari kasus yang tidak menunjukkan gejala apapun, sementara ada dua persen yang masih tidak dapat ditentukan.

Kendati begitu, tidak satupun dari kasus terobosan yang dialami orang-orang tersebut membutuhkan perawatan di rumah sakit, menunjukkan bahwa vaksin masih memberi perlindungan dari gejala parah.

Baca Juga: Studi Terbaru Ungkap Efek Samping Vaksin Sinovac, Berisiko Sebabkan Wajah Lumpuh

Tetapi, penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Belanda lebih mengacu pada varian Delta.

Disimpulkan bahwa partikel virus menular ditemukan di sekitar 68 persen dari kasus terobosan, sedangkan hampir 85 persen terjadi pada orang yang tidak divaksinasi.

Hasil studi dari tim Belanda ini menunjukkan orang yang divaksinasi penuh tetap dapat menyingkirkan virus lebih cepat dibanding yang tidak. Bahkan, orang yang tidak divaksinasi tentu sangat rentan terpapar Covid-19 dengan varian yang kurang menular sekalipun.

"Meski viabilitas virus berkurang, infektivitas individu dengan infeksi terobosan tidak boleh diabaikan," ungkap tim peneliti dari Erasmus Medical Center Rotterdam.

Sementara itu, di Amerika Serikat, CDC telah merekomendasikan agar setiap individu yang sudah divaksinasi untuk tetap menggunakan masker saat berada dalam ruangan.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Best Life Online


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah