Peneliti Brasil Ungkap Bisa Ular Dapat Hambat Sel Virus Corona, Uji Substansi Sel Manusia Akan Dilakukan

- 2 September 2021, 13:44 WIB
Ilustrasi ular berbisa. Peneliti Brasil ungkap bisa ular dapat menghambat sel virus Corona sementara uji substansi sel manusia masih akan dilakukan.
Ilustrasi ular berbisa. Peneliti Brasil ungkap bisa ular dapat menghambat sel virus Corona sementara uji substansi sel manusia masih akan dilakukan. /Pixabay /Artur Pawlak

 

PR BEKASI - Baru-baru ini peneliti di Brasil mengejutkan publik dengan temuannya terkait bisa ular.

Menurut hasil studi peneliti di Brasil tersebut mengungkapkan bahwa bisa ular dapat menghambat sel virus Corona.

Peneliti Brasil menemukan molekul dalam bisa ular bisa menghambat reproduksi virus Corona dalam sel monyet.

Dlam studinya, langkah pertama yang mungkin menuju obat untuk memerangi virus penyebab Covid-19.

Baca Juga: Pulau Paling Utara di Dunia Tak Sengaja Ditemukan Peneliti di Greenland

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Molecules bulan ini, menemukan molekul yang dihasilkan oleh ular beludak Jararacussu menghambat kemampuan virus untuk berkembang biak dalam sel monyet hingga 75 persen.

Selanjutnya, hal itu pun mengejutkan publik di tengah ancaman pandemi Covid-19 yang masih terjadi di seluruh dunia.

Namun, peneliti tersebut memberikan penjelasan soal bisa ular dan kaitannya terhadap virus.

"Kami mampu menunjukkan komponen bisa ular ini mampu menghambat protein yang sangat penting dari virus," kata Rafael Guido, profesor Universitas Sao Paulo dan salah satu ilmuwan dalam penelitian tersebut, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Kamis, 2 September 2021.

Baca Juga: Tempat Paling Tak Bernyawa di Dunia Ditemukan Peneliti di Antaratika, Mikroba Pun Tak Ada

Disebutkan bahwa molekul bisa ular itu adalah peptida, atau rantai asam amino, yang dapat terhubung ke enzim virus corona yang disebut PLPro, yang sangat penting untuk reproduksi virus, tanpa melukai sel lain.

Hal itu telah dikenal karena kualitas antibakterinya, peptida dapat disintesis di laboratorium, kata Guido, membuat penangkapan atau pemeliharaan ular tidak perlu dilakukan.

"Kami prihatin terhadap orang-orang yang pergi berburu Jararacussu di sekitar Brasil, mengira mereka akan menyelamatkan dunia. Bukan seperti itu caranya!" kata Giuseppe Puorto.

Ia diketahui sebagai seorang herpetologis yang menjalankan koleksi biologis Institut Butantan di Sao Paulo.

Baca Juga: Ilmuwan China: Sangat Tidak Mungkin Para Peneliti Mengotak-atik Virus untuk Ciptakan Mutasi Baru

"Bukan bisa itu sendiri yang akan menyembuhkan virus corona," katanya, menambahkan.

Para peneliti selanjutnya akan mengevaluasi efisiensi dosis molekul yang berbeda dan apakah itu mampu mencegah virus memasuki sel sejak awal, menurut pernyataan dari Universitas Negeri Sao Paulo (Unesp), yang juga terlibat dalam penelitian.

Mereka mengatakan bahwa akan menguji substansi dalam sel manusia tetapi tidak memberikan batas waktu.

Ular beludak Jararacussu adalah salah satu ular terbesar di Brasil, berukuran panjang hingga 2 meter, yang juga hidup di Hutan Atlantik pesisir, termasuk Bolivia, Paraguay, dan Argentina.

Namun, per berita ini ditulis pihal peneliti Brasil tersebut belum memberikan penjelasan hasil studi secara spesifik apakah secara efektif sebagai obat Covid-19.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah