Tetapi seorang pejabat senior Taliban mengatakan kepada Reuters bahwa pemisah seperti itu merupakan suatu hal yang "sepenuhnya dapat diterima".
Ia menuturkan, Afghanistan memiliki "sumber daya dan tenaga kerja yang terbatas, jadi untuk saat ini yang terbaik adalah memiliki guru yang sama yang mengajar untuk kedua sisi kelas."
Tetaplah Belajar
Profesor Jurnalisme di Universitas Herat di bagian barat negara itu mengatakan kepada Reuters bahwa dia memutuskan untuk membagi kelas satu jamnya menjadi dua bagian, pertama mengajar perempuan dan kemudian laki-laki.
Dari 120 siswa yang mendaftar untuk kelasnya, kurang dari seperempat muncul di sekolah pada hari Senin.
Sejumlah siswa dan guru telah meninggalkan negara itu dan nasib sektor media swasta yang berkembang pesat di negara itu, tiba-tiba diragukan.
"Siswa sangat gugup hari ini," katanya.
"Saya mengatakan kepada mereka untuk terus datang dan terus belajar dan dalam beberapa hari mendatang pemerintah baru akan menetapkan aturan," paparnya.***