PR BEKASI - Otoritas kesehatan di Hong Kong mengatakan bahwa pasien dengan kasus Covid-19 varian Mu berasal dari Kolombia dan AS.
Pusat Perlindungan Kesehatan Hong Kong mengumumkan bahwa kasus-kasus tersebut dikatakan telah menginfeksi tiga orang dari Kolombia dan Amerika Serikat.
"Sampai hari ini masih mewakili sebagian kecil virus dari pasien Covid-19 yang terdeteksi di seluruh dunia, bagi saya tampak bahwa Delta pasti memiliki keuntungan sejauh menyangkut penularan," kata Dr. Siddharth Sridhar, RTHK selaku ahli mikrobiologi Universitas Hong Kong, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari UPI pada Rabu, 8 September 2021.
Sebelumnya, Hong Kong telah melihat adanya tiga kasus baru yang melibatkan varian virus corona atau Covid-19 Mu.
Baca Juga: Virus Corona Varian Mu Gentayangi Dunia, Dinilai Kebal Vaksin Covid-19
Covid-19 Mu merupakan jenis varian virus yang menurut para ahli mungkin lebih menular dan kebal vaksin daripada varian Delta.
Di antara tiga kasus tersebut adalah seorang wanita berusia 26 tahun yang melakukan perjalanan ke Hong Kong dari Amerika Serikat.
Para ahli mengatakan bahwa strain Mu tampaknya lebih resisten terhadap vaksin dan mungkin lebih menular.
Dari pada varian Covid-19 lainnya termasuk Alpha, Beta, Gamma, dan Delta.
Baca Juga: Selesai Jalani Karantina, Tim WHO Mulai Bergerak Selidiki Asal Mula Covid-19 di Wuhan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengatakan bahwa varian Mu disebut sebagai varian yang menarik.
Varian Mu kini telah ditemukan di negara-negara Amerika Selatan, Amerika Serikat, dan Eropa.
Varian ini juga pertama kali ditemukan di Kolombia pada Januari 2021.
Para pejabat mengatakan bahwa lebih dari 55 persen penduduk Hong Kong telah divaksinasi sepenuhnya.
Baca Juga: Ketegangan Meningkat, Australia Sebut Tiongkok Tidak Miliki Itikad Baik Selidiki Asal Mula Covid-19
Di mana angka pemerintah menunjukkan wilayah China telah mencatat sekitar 12.000 kasus hingga saat ini.
Seperti yang diketahui sebelumnya, jika Covid-19 varian delta lebih menular daripada jenis Covid-19 lainnya.
Serta telah memicu kebangkitan kasus dan kematian di seluruh dunia.***