Dua Jurnalis Afghanistan Dihajar Saat Liput Unjuk Rasa, Media: Janji Taliban Hanya Omong Kosong

- 10 September 2021, 08:59 WIB
Dua jurnalis Afghanistan dipukuli dan ditahan oleh Taliban saat mereka meliput aksi unjuk rasa perempuan di ibu kota Kabul pada Rabu, 8 September 2021.
Dua jurnalis Afghanistan dipukuli dan ditahan oleh Taliban saat mereka meliput aksi unjuk rasa perempuan di ibu kota Kabul pada Rabu, 8 September 2021. /Twitter/@ZDaryabi

PR BEKASI – Dua jurnalis Afghanistan mengalami luka memar dan luka parah setelah dipukuli lalu ditahan selama berjam-jam oleh Taliban karena meliput aksi  protes di ibu kota Kabul.
 
Dua jurnalis tersebut terdiri dari Nematullah Naqdi sebagai fotografer dan Taqi Daryabi sebagai reporter yang keduanya berasal dari surat kabar Afghanistan, Etilaat Roz.
 
Diketahui, mereka ditugaskan untuk meliput unjuk rasa di depan kantor polisi di Kabul oleh para perempuan yang menuntut hak atas pekerjaan dan Pendidikan pada Rabu, 8 September 2021.
 
Baca Juga: Taliban Dituduh Memukul dan Menahan Wartawan Karena Meliput Protes di Afghanistan

Namun mereka langsung didatangi oleh seorang pejuang Taliban setelah dia mulai mengambil gambar.
 
"Mereka bilang 'Kamu tidak bisa syuting'. Mereka menangkap semua orang yang merekam dan mengambil ponsel mereka," kata Naqdi, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Channel News Asia, Jumat, 10 September 2021.
 
Naqdi mengatakan Taliban mencoba mengambil kameranya, tetapi dia berhasil memberikannya kepada seseorang di antara kerumunan.
 
Namun tiga pejuang Taliban menangkapnya dan membawanya ke kantor polisi, lokasi pemukulan dimulai.

Baca Juga: China dan Taliban Makin Mesra, Beijing Siap Beri Dana Rp441 Miliar untuk Afghanistan 

"Salah satu Taliban meletakkan kakinya di kepala saya, membenturkan wajah saya ke beton. Mereka menendang kepala saya. Saya pikir mereka akan membunuh saya," katanya.
 
Naqdi akhirnya dibawa ke sel yang penuh sesak dan ia menemukan rekannya, Daryabi, yang juga telah ditangkap dan dipukuli.
 
"Kami sangat kesakitan setelah dipukuli sehingga kami tidak bisa bergerak. Beruntung kami tidak mati," kata Daryabi.
 
Beberapa jam kemudian, kedua jurnalis itu dibebaskan tanpa penjelasan. Namun setelah itu, Taliban menghina mereka selama di perjalanan menggunakan mobil saat membebaskan mereka.

Baca Juga: Taliban Timpa Mural dengan Slogan Kemenangan, Seniman Afghanistan: Mereka Bungkam Suara Rakyat

"Mereka melihat kami sebagai musuh. Kami terus dihina selama perjalanan kembali menuju kota," kata Taqi.
 
Sampai artikel ini dibuat, Taliban masih belum memberikan tanggapannya terkait insiden tersebut.
 
Taliban telah mengeklaim mereka akan menjunjung tinggi kebebasan pers meskipun wartawan semakin dilecehkan saat meliput protes di seluruh negeri.
 
Dalam beberapa hari terakhir, lusinan jurnalis telah melaporkan dipukuli, ditahan atau dicegah untuk meliput protes, sebuah pertunjukan perlawanan yang tidak terpikirkan di bawah rezim terakhir Taliban pada 1990-an.

Baca Juga: Taliban Larang Perempuan Olahraga dan Jadi Atlet: Tidak Pantas dan Tidak Perlu 

Sebagian besar adalah jurnalis Afghanistan, yang lebih sering dilecehkan oleh Taliban daripada media asing.
 
Protes tersebut membuktikan ujian awal bagi Taliban, yang setelah mengambil alih kekuasaan pada 15 Agustus 2021 dengan menjanjikan aturan yang lebih toleran dan bekerja untuk perdamaian dan kemakmuran negara.
 
Zaki Daryabi, kepala surat kabar Etilaat Roz, mengatakan janji-janji Taliban tersebut terdengar hampa alias omong kosong.
 
"Pidato resmi ini benar-benar berbeda dari kenyataan yang dapat diamati di lapangan," katanya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x