Indonesia Tambah Patroli Setelah Deteksi Keberadaan Kapal Asing di Laut China Selatan

- 17 September 2021, 21:25 WIB
Indonesia menambah patroli setelah mendeteksi kapal di Laut China Selatan.
Indonesia menambah patroli setelah mendeteksi kapal di Laut China Selatan. /Al Jazzera

 

PR BEKASI - Media asing menyoroti Indonesia yang menambah patroli setelah mendeteksi kapal di Laut China Selatan.

Angkatan Laut Indonesia telah meningkatkan patroli di sekitar pulau-pulau Natuna di Laut Cina Selatan setelah kapal-kapal China dan Amerika Serikat (AS) terdeteksi di dekatnya di perairan internasional.

Meskipun mengatakan disana kapal-kapal itu tidak menyebabkan gangguan apa pun.

Hal itu disampaikan oleh salah seorang pejabat angkatan laut.

Baca Juga: AS dan Indonesia Berkomitmen Pertahankan Kebebasan Navigasi di Laut China Selatan dalam 'Dialog Strategis'

Dilansir dari Al Jazeera, komandan armada barat Angkatan Laut Indonesia Arsyad Abdullah mengatakan kepada wartawan pada Kamis bahwa Lima kapal angkatan laut, dibantu oleh patroli udara, telah dikerahkan di Laut Natuna Utara untuk mengamankan daerah tersebut.

"Posisi TNI AL di Laut Natuna Utara sangat tegas dalam melindungi kepentingan nasional di wilayah hukum Indonesia sesuai dengan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi sehingga tidak ada toleransi terhadap setiap pelanggaran di Laut Natuna Utara," kata Arsyad yang dikutip oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Jumat, 17 September 2021 dari Al Jazeera.

Pada tahun 2017, Indonesia mengganti nama bagian utara zona ekonomi eksklusif di Laut China Selatan menjadi Laut Natuna Utara, sebagai bagian dari upaya melawan ambisi teritorial maritim China.

Baca Juga: China Usir Kapal Perang AS dari Laut China Selatan, AS Bantah Telah Langgar Hukum

Arsyad mengatakan kapal angkatan laut AS dan China telah terdeteksi di dekatnya baru-baru ini tetapi mengatakan mereka bukan gangguan, menambahkan bahwa mereka masih berada di perairan internasional.

Kebuntuan selama berminggu-minggu di Natuna terjadi awal Januari tahun lalu ketika sebuah kapal penjaga pantai China dan kapal penangkap ikan yang menyertainya memasuki Laut Natuna utara, mendorong Indonesia untuk mengirim jet tempur dan memobilisasi nelayannya sendiri.

"Tidak ada tawar menawar dalam hal kedaulatan kita, wilayah negara kita," kata Presiden Indonesia Joko Widodo usai kejadian tersebut.

Pada tahun 2016, sebuah kapal angkatan laut Indonesia juga menembaki kapal nelayan China yang dituduh melakukan penangkapan ikan ilegal di dekat Natuna, menyusul serangkaian konfrontasi tahun itu.

Baca Juga: Dinantikan, Angakatan Laut China Kirim 3 Kapal untuk Bantu Evakuasi KRI Nanggala-402

Pada tahun yang sama Indonesia juga memusnahkan 23 kapal penangkap ikan asing dari Malaysia dan Vietnam yang dituduh melakukan illegal fishing di perairan Indonesia.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan pihaknya menenggelamkan 10 kapal Malaysia dan 13 kapal Vietnam yang tertangkap sedang menangkap ikan secara ilegal di perairan Indonesia.

China belum mengklaim pulau-pulau Natuna tetapi mengatakan memiliki hak penangkapan ikan di dekatnya dalam "sembilan garis putus-putus" yang memproklamirkan diri yang mencakup sebagian besar Laut China Selatan yang kaya energi.

Klaim tersebut dibantah oleh beberapa negara Asia Tenggara dan tidak diakui secara internasional oleh Permanent Court of Arbitration di Den Haag.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah