"Anak-anak dulu hanya berkeliaran dan akhirnya guru datang dan mulai mengajar mereka," paparnya.
Nayak mengajarkan segalanya mulai dari lagu anak-anak populer hingga pentingnya masker dan cuci tangan kepada sekitar 60 siswa dan dikenal sebagai "Guru Jalanan" oleh penduduk desa yang bersyukur.
Sekolah di seluruh negeri secara bertahap mulai dibuka kembali mulai bulan lalu.
Beberapa ahli epidemiologi dan ilmuwan sosial menyerukan agar mereka terbuka sepenuhnya untuk mencegah hilangnya pembelajaran lebih lanjut pada anak-anak.
Sebuah survei pada bulan Agustus terhadap hampir 1.400 anak sekolah yang dilakukan oleh kelompok cendekiawan menemukan bahwa di daerah pedesaan, hanya 8 persen yang belajar online secara teratur, 37 persen tidak belajar sama sekali, dan sekitar setengahnya tidak dapat membaca lebih dari beberapa kata.
Sebagian besar orang tua ingin sekolah dibuka kembali sesegera mungkin, menurut survei itu.
Nayak mengaku khawatir murid-muridnya, yang sebagian besar merupakan pelajar generasi pertama dan orang tuanya bergaji harian, akan tersingkir dari sistem pendidikan jika tidak melanjutkan sekolah.
"Saya melihat anak-anak berkeliaran di desa, mengambil ternak untuk digembalakan, dan saya ingin memastikan pembelajaran mereka tidak berhenti," katanya kepada Reuters.***