China Panik Dilanda Lagi Pandemi Covid-19 Serius, Tindakan Darurat Diperkenalkan

- 1 November 2021, 17:35 WIB
China melaporkan kembali dilanda pandemi Covid-19 serius yang membuat mereka panik.
China melaporkan kembali dilanda pandemi Covid-19 serius yang membuat mereka panik. /REUTERS

 

PR BEKASI – China dibuat panik setelah menyatakan kembali mengalami pandemi Covid-19 yang serius dan memperkenalkan langkah-langkah darurat baru.

Pandemi Covid-19 telah melanda setidaknya 14 provinsi di China dan jutaan telah diuji dalam seminggu terakhir.

Mi Feng, juru bicara Komisi Kesehatan Nasional (NHC), mengatakan pada konferensi pers pada Sabtu, 30 Oktober 2021 bahwa situasinya serius dan kompleks dan serta masih berkembang pesat.

“Ada 59 kasus virus yang ditularkan secara lokal, tertinggi sejak pertengahan September lalu termasuk dua kasus di Beijing yang terkait dengan kelompok turis yang terinfeksi,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Senin, 1 November 2021.

Baca Juga: Badan Intelijen AS Sebut Asal Usul Covid-19 Tidak Akan Pernah Teridentifikasi, China Beri Tanggapan Menohok

Jumlah tersebut kemudian bertambah keesokan harinya pada Minggu, 31 Oktober 2021 sebanyak 48 kasus menjadi 107 kasus.

Meskipun jumlahnya rendah dibandingkan dengan negara lain, tetapi China berusaha menahan virus Covid-19 meluas menjelang Olimpiade Musim Dingin.

China telah memperkenalkan kembali tindakan baru untuk mengekang efeknya, termasuk penutupan semua bioskop.

Pusat wabah baru adalah 650 kilometer dari Beijing, di kota Erenhot, di perbatasan dengan Mongolia.

Baca Juga: Arkeolog Berhasil Temukan Nenek Moyang Mumi China Setelah 4.000 Tahun

Sekitar 6 juta orang China di kota-kota di mana virus telah terdeteksi sekarang berada di bawah pembatasan perjalanan.

Perjalanan masuk dan keluar kota sekarang dibatasi dan bergantung pada hasil tes negatif, khususnya bagi mereka yang berasal dari daerah yang terkena dampak.

Pada Jumat, 29 Oktober 2021, sekitar setengah dari penerbangan meninggalkan ibukota Beijing dibatalkan, dengan pihak berwenang mendesak orang untuk tidak meninggalkan kota kecuali benar-benar diperlukan.

Heihe, sebuah kota kecil di timur laut berpenduduk 1,3 juta orang, melaporkan 26 kasus Covid-19 lokal pada Jumat, meningkat tajam dari sembilan pada Kamis, 28 Oktober 2021 dan hanya satu pada Rabu, 27 Oktober 2021.

Baca Juga: Misterius, Kasus Covid-19 di China Tercatat Sangat Rendah Meski Dihantam Varian Delta

Wu Liangyou, pejabat NHC lainnya, mengatakan bahwa pandemi Covid-19 itu telah mengekspos kelemahan pikiran di antara beberapa otoritas lokal.

Itu terjadi setelah sebuah kota di China membuat permohonan langka kepada Presiden China, Xi Jinping untuk mengakhiri pembatasan virus Covid-19 karena menghadapi gejolak ekonomi akibat gangguan tersebut.

Dai Rongli, mantan wakil walikota Ruili, di provinsi Yunnan, menulis surat kepada pemimpin China itu.

Kota itu dilaporkan menghadapi beberapa pembatasan terberat di negara itu di bawah kebijakan tanpa toleransi Beijing.

Baca Juga: Media India Soroti Utang Indonesia ke China, Rachland Nashidik: Ditakdirkan Merugi dan Bangkrut?

Kota-kota perbatasan China, menghadapi risiko infeksi Covid-19 yang lebih tinggi dari luar negeri dan banyak yang dilengkapi dengan sumber daya yang relatif sedikit, telah merasakan dampak yang lebih besar.

"Karena kota kecil ini telah memikul tanggung jawab untuk pencegahan dan pengendalian epidemi di seluruh negeri, tanah air kita harus mengulurkan tangan yang kuat untuk melindungi anak yang tersiksa ini," katanya.

Meskipun tidak dalam penguncian penuh, Ruili tidak mendorong lebih dari 200.000 penduduknya untuk meninggalkan kota dan yang ngotot harus dikarantina minimal tujuh hari sebelum keberangkatan.

"Penutupan jangka panjang kota telah membentuk kebuntuan dalam pengembangan kota. Penting untuk melanjutkan produksi dan perdagangan," kata walikota.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah