Menurut Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), diperkirakan 6.300 ton opium dipanen di Afghanistan tahun lalu, jumlah yang dapat menghasilkan hingga 290 ton heroin murni.
Jumlah lahan yang diberikan untuk produksi opium naik lebih dari sepertiga antara 2019 dan 2020, menjadi 224.000 hektar (553.516 hektar).
Namun dalam konferensi pers pertamanya setelah Taliban berkuasa pada Agustus, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengumumkan produksi obat-obatan itu akan dihentikan.
“Mulai sekarang, tidak ada yang akan terlibat (dalam perdagangan heroin), tidak ada yang bisa terlibat dalam penyelundupan narkoba,” kata Zabihullah Mujahid.
Pengumuman itu segera melihat harga opium hampir dua kali lipat, dari 445 euro untuk 4,5kg menjadi 810 euro," kata Ahmed Khan.
Baca Juga: Taliban Sebut ISIS di Afghanistan Bukan Ancaman Besar, Kini Sudah di Bawah Kendali Mereka
“Tapi sekarang para pedagang tahu itu tidak akan dilarang, harga telah turun menjadi 510 euro," kata Khan.
Dirinya memprediksi “akan ada ledakan dalam perdagangan opium” sekarang Taliban kembali berkuasa.
Bukan hanya Ahmed Khan yang tidak percaya bahwa Taliban akan melarang produksi Opium.