WHO Akui Salah Nilai Risiko Virus Corona

- 29 Januari 2020, 11:57 WIB
PETUGAS medis membawa pasien yang terinfeksi virus corona ke Rumah Sakit Jinyintan di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, Sabtu 18 januari 2020.*
PETUGAS medis membawa pasien yang terinfeksi virus corona ke Rumah Sakit Jinyintan di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, Sabtu 18 januari 2020.* /STR/AFP/

PIKIRAN RAKYAT - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui ada kesalahan dalam menilai risiko virus corona jenis baru, 2019-nCoV, yang berasal dari Tiongkok pada Senin, 27 Januari 2020.

WHO kini menyatakan risiko global dari virus mematikan tersebut tinggi. Data terkini dari wabah virus asal Wuhan itu sudah merenggut 82 nyawa dan lebih dari 2.700 orang lainnya di Tiongkok terinfeksi.

Kesalahan tersebut ditemukan dalam catatan kaki pada laporan Kamis, Jumat, dan Sabtu lalu.

Baca Juga: Hari Terakhir Layanan Jemput Bola Disdukcapil Kabupaten Bekasi, Catat Tempat dan Persyaratannya

WHO menilai bahwa risiko global akibat virus Corona itu masih moderat. Laporan tiga hari itu salah karena mengatakan risiko global dari '2019 Novel Coronavirus atau 2019-nCoV' moderat.

Sedangkan, pada Minggu malam, dalam laporan situasi, badan PBB yang berbasis di Jenewa tersebut mengatakan bahwa risiko yang disebabkan virus corona sangat tinggi di Tiongkok. 

Juru bicara WHO, Fadela Chaib hanya mengatakan bahwa itu adalah kesalahan dalam susunan kata. Namun, koreksi penilaian risiko global bukan berarti keadaan darurat kesehatan internasional telah diumumkan.

Baca Juga: Viral Video Pencurian Ban Mobil di Mall, Kapolres Metro Bekasi: Kasus ini Baru Pertama Terjadi di Wilayah Kami

Pada Kamis lalu, WHO berhenti menyatakan virus Corona baru sebagai ‘darurat kesehatan masyarakat’ yang menjadi perhatian internasional. Itu merupakan suatu penunjukan langka yang hanya digunakan untuk wabah terburuk yang akan memicu tindakan global.

Virus Corona jenis baru ini pertama kali diidentifikasi di Kota Wuhan, Tiongkok pada 31 Desember lalu, yang telah menginfeksi lebih dari 4.193 orang di seluruh dunia.

Dikutip oleh Pikiran-Rakyat.com dari scienceAlert pada 28 Januari 2020 kemarin, terhitung sebanyak 106 orang meniggal di Tiongkok.

Kepada WHO, tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dikutip dari AFP pada Selasa, 28 Januari 2020 kemarin, telah mengunjungi Tiongkok minggu ini untuk membahas tindakan lebih lanjut dalam mengatasi wabah.

Baca Juga: Polres Metro Bekasi Berduka, Usai Meninggalnya Anggota Kepolisian di Muara Gembong

Menurutnya, darurat kesehatan masyarakat atau penunjukan hal langka tersebut dapat diubah setiap saat.

“Ini adalah keadaan darurat di Cina, tetapi belum menjadi darurat kesehatan global, ini mungkin belum menjadi satu,” ungkap Ghebreyesus pada Kamis pekan lalu.

Ia juga menegaskan, WHO kini telah menilai bahwa risiko dari wabah virus jenis baru tersebut sangat tinggi di Tiongkok, regional, dan global.

Pendekatan hati-hati WHO dapat dilihat dalam konteks kritik di masa lalu atas penggunaan istilah lambat atau pun terlalu terburu-buru ketika pertama kali digunakan untuk pandemi flu babi H1N1 2009 yang mematikan.

Baca Juga: PRAKIRAAN CUACA BEKASI HARI INI: 29 Januari 2020, Hujan Ringan Membasahi Sepanjang Hari Bumi Patriot

Selama wabah itu muncul, badan kesehatan PBB itu dikritik karena memicu kepanikan global untuk membeli vaksin dengan pengumuman bahwa tahun itu wabah telah mencapai proporsi pandemi dan ditambah ketika ternyata virus tidak hampir sama berbahayanya dengan pemikiran pertama.

Tetapi kemudian pada tahun 2014, WHO mendapat kritik keras karena menyeret kakinya dan meremehkan epidemi Ebola yang menghancurkan tiga negara Afrika barat. Saat itu, WHO menyatakan wabah Ebola berakhir pada 2016.***

Editor: M Bayu Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x