Putus Asa Lawan Virus Corona, Orang-orang di Tiongkok Buru Obat HIV

- 6 Februari 2020, 18:06 WIB
ILUSTRASI morfologi ultrastruktural virus corona yang dirilis Centers for Disease Control and Prevention di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, Rabu 29 Januar 2020 waktu setempat.*
ILUSTRASI morfologi ultrastruktural virus corona yang dirilis Centers for Disease Control and Prevention di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, Rabu 29 Januar 2020 waktu setempat.* /CDC VIA REUTERS/

PIKIRAN RAKYAT - Cepatnya penyebaran virus corona di Tiongkok dan kurangnya sumber daya medis mendorong orang-orang menggunakan cara-cara yang tidak biasa untuk beroleh pengobatan. Salah satu di antaranya adalah dengan meminta obat kepada pasien HIV atau importir obat ilegal.

Otoritas kesehatan Tiongkok menyatakan, belum ada obat yang efektif untuk virus corona yang telah menewaskan lebih dari 500 orang di negara itu.

Meski belum ada uji klinis, Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok menyatakan obat HIV yakni lopinavir/ritonavir dapat digunakan untuk pasien virus corona.

Baca Juga: Beragam Tanggapan Pemulangan WNI Eks ISIS, Tagar #TolakEksWNIproISIS jadi Trending di Twitter

Baca Juga: Detik-detik WNI Keluar Tiongkok Saat Krisis Virus Corona, Kisah Penjaga Bengis dan Pegamanan Berlapis

Reuters melaporkan sebagaimana dikutip Antara, pernyataan itu tanpa disertai penjelasan lebih lanjut bagaimana obat-obatan itu bisa membantu.

Hal itu memicu serbuan, terutama untuk jenis obat Kaletra atau dikenal dengan Aluvia. Obat itu merupakan versi lopinavir/ritonavir yang tidak dipatenkan produsen AbbVie, dan satu-satunya versi yang diperdagangkan di Tiongkok.

Obat itu biasanya digunakan untuk mengobati dan mencegah HIV dan AIDS. Bulan lalu, AbbVie menyatakan Tiongkok telah menguji obat tersebut untuk mengobati gejala virus corona.

Devy (38), pekerja lepas di Provinsi Shandong yang menolak menyebutkan nama keluarganya, adalah salah satu dari ratusan orang yang menghubungi penderita HIV untuk meminta obat.

Baca Juga: Bowo Sidik Pangarso Dipanggil KPK Sebagai Saksi dari Tersangka Kasus Suap Taufik Agustono

Meski tidak bepergian ke Provinsi Hubei atau Wuhan yang menjadi pusat penyebaran virus corona, ia semakin khawatir entah bagaimana tertular virus corona setelah dokter menemukan gejala-gejala pneumonia pada tubuhnya.

Devy juga memiliki gejala lain yang berhubungan dengan virus corona, seperti demam dan mual.

Putus asa dan khawatir, ia mendengar dari temannya bahwa pria positif HIV menawarkan Kaletra secara cuma-cuma bagi orang-orang yang diduga terjangkit virus corona tipe baru. Devy menerima 30 pil.

Bahkan setelah dites negatif terjangkit virus corona, Devy masih percaya bahwa mendapatkan Kaletra adalah pilihan tepat.

Baca Juga: Dirikan Sekolah Lansia, Pemkot Bandung Berencana Bangun 4 Sekolah Lainnya

Organisasi Kesehatan Dunia WHO telah memperingatkan bahwa tidak ada pengobatan yang efektif  untuk virus corona.

Peringatan ini menggugurkan laporan yang belum dikonfirmasi tentang terobosan penelitian di Tiongkok.

Beberapa pengobatan tradisional Tiongkok juga mengalami peningkatan permintaan.

Tidak ada bukti bahwa perawatan seperti itu membantu memerangi virus corona, kata Gauden Galea, perwakilan WHO di Tiongkok, kepada Reuters, Sabtu 1 Fberuari 2020.***

Editor: Yusuf Wijanarko

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah