Pensiunan Dokter yang Meninggal Pertama Kali karena Virus Corona di Prancis Diberi Gelar Pahlawan Medis

- 23 Maret 2020, 15:02 WIB
WARGA memakai masker guna mengantisipasi penyebaran virus corona di Paris, Prancis, 1 Februari 2020.*
WARGA memakai masker guna mengantisipasi penyebaran virus corona di Paris, Prancis, 1 Februari 2020.* /GONZALO FUENTES/REUTERS/

PIKIRAN RAKYAT - Pandemi virus corona telah diklaim sebagai penyebab kematian pertama dalam profesi media Prancis, seorang dokter A&E berusia 83 tahun yang sudah pensiun tetapi bekerja untuk membantu rekan-rekannya.

Dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari The Guardian Senin, 23 Maret 2020 Jean-Jacques Razafindranazy, yang bekerja di bangsal darurat di Compiegne, Departemen Oise, tempat kluster virus corona pertama Prancis dicatat bulan ini, meninggal pada Sabtu, 21 Maret 2020 di rumah sakit Univeristas Lille.

Keluarga Razafindranazy mengumumkan kematiannya di sebuah unggahan media sosial berjudul "Ayah saya: seorang pahlawan".

Baca Juga: Sejak Kemunculan Pertama, Polisi Tetapkan 41 Tersangka Penyebaran Berita Hoaks Virus Corona

Putranya mengatakan kepada surat kabar Le Parisien bahwa ayahnya sudah pensiun dan bisa berhenti bekerja tetapi tidak melakukannya karena rekan-rekannya terlalu banyak bekerja.

"Dia mengorbankan dirinya sendiri. Dia ingin membantu. Dia terus bekerja karena dia senang, itu adalah hidupnya. Tidak adil. Kami sedih dan marah," kata putra dokter tersebut yang meminta dirahasiakan namanya.

Walikota Compiègne Philippe Marini, mengatakan kota itu telah kehilangan seorang dokter yang baik, seorang pria yang dihormati dan banyak disukai oleh timnya.

Baca Juga: Ratusan Kematian Terjadi Setiap Harinya di Italia, Pemerintah Kewalahan Hingga Kerahkan 15 Truk Tentara Hanya untuk Buang Mayat

Menteri Kesehatan Prancis, Olivier Véran, yang juga seorang dokter medis, mengatakan di televisi Prancis bahwa ia berbagi kesedihan keluarga, dan ia mengakui "harga yang sangat mahal" yang dibayar oleh profesi dalam perjuangan melawan virus.

Pandemi sejauh ini menewaskan 562 orang di Prancis dan 6.172 lainnya di rumah sakit, seperempat dari mereka dalam kondisi serius dalam perawatan intensif.

"Saya ingin menekankan keberanian luar biasa dari semua dokter, perawat, responden pertama dan dari semua orang yang memungkinkan kita menyelamatkan hidup setiap hari," ujar Véran.

Baca Juga: Kabar Bahagia untuk Anak Kereta, Mulai Sore ini Jadwal KRL Resmi Kembali Beroperasi Normal

Belum jelas bagaimana Razafindranazy menjadi terinfeksi virus, tetapi Le Parisien melaporkan bahwa ia telah menangani pasien pada awal wabah ketika tindakan pencegahan tidak seketat saat ini.

Rumah sakit Compiègne harus menempatkan beberapa stafnya di karantina setelah pasien tidak dirawat dengan tindakan pencegahan yang tepat.

Meskipun ada kontroversi tentang kurangnya masker pelindung untuk staf medis, Véran mengatakan sebagian besar yang tertular virus akan terinfeksi di luar pekerjaan mereka.

Baca Juga: Jokowi Akan Beri Santunan Kematian Rp 300 Juta untuk Tenaga Medis Virus Corona di Wisma Atlet

Perlindungan untuk staf garis depan sangat diperlukan menurutnya, namun terdapat sejumlah kasus dokter dan perawat jatuh sakit sementara dilengkapi dengan masker.

Putra Razafindranazy mengatakan ayahnya telah kembali dari liburan di luar negeri dalam kondisi prima pada akhir Februari dan jatuh sakit pada awal Maret.

"Dia kembali dari shift karena kelelahan dan jatuh sakit dengan sangat cepat," ucap putranya.

Baca Juga: Ahli Geologi Temukan Craton Atlantik, Sebuah Batu Berlian yang Membentang dari Eropa Hingga ke Amerika

Seorang kolega di bangsal darurat Compiègne mengatakan stafnya kesal tetapi tetap bertekad.

"Ini adalah situasi yang sangat serius. Kami tidak meminta untuk mati. Kami menerima tanggung jawab kami, tentu saja, tetapi masyarakat belum menyadari betapa seriusnya situasi ini.” pungkasnya.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x