Baca Juga: Cek Fakta: Satgas Covid-19 Semprot Disinfektan pada Jemaah Salat Tarawih di Masjid, Simak Faktanya
Dia dan keluarganya melarikan diri dari Ariha pada akhir tahun lalu ketika pasukan rezim Suriah didukung oleh serangan udara Rusia melancarkan serangan terhadap kota itu.
Dalam beberapa minggu, sekitar satu juta warga sipil melarikan diri dari serangan di wilayah Idlib, benteng terakhir oposisi terhadap rezim Bashar Al-Assad setelah sembilan tahun perang.
Seluruh populasi Ariha menunju ke utara karena sebagian besar kota telah rata oleh tangan.
Tetapi ketika gencatan senjata berlangsung, beberapa dari mereka yang kurang mampu memilih kembali untuk tempat tinggal murah di tengah reruntuhan.
Baca Juga: Bikin Pangling, Adele Kini Tampil Langsing Usai Beratnya Turun 50 Kg
Abu Zaid dan keluarganya kembali pada bulan lalu dan menemukan tempat tinggal. Tetapi, sebelum dia pergi ke rumahnya yang baru, dia menyempatkan untuk berbuka puasa dan makan sahur di tempat di mana rumahnya dulu berdiri.
"Setiap tahun kami biasa menghabiskan Ramadhan di sini dan kami ingin menghabiskan satu hari Ramadhan ini di sini," katanya.
"Kami membawa makanan siap saji dari luar. Yang paling penting adalah kami menghidupkan kembali ingatan kami dan makan di rumah kami yang dulu," tutur Zaid.
Di pusat kota Idlib, datangnya bulan Ramadhan, langkah-langkah menuju normalisasi sudah mulai terjadi meskipun ada ancaman wabah virus corona.