Banyak Anak Meninggal Akibat Radang, WHO Selidiki Kemungkinan Adanya Hubungan dengan COVID-19

- 16 Mei 2020, 16:00 WIB
SEJUMLAH anak dirawat di rumah sakit karena penyakit Kawasaki, sindrom terkait-coronavirus.*
SEJUMLAH anak dirawat di rumah sakit karena penyakit Kawasaki, sindrom terkait-coronavirus.* //Kiro7.com

PIKIRAN RAKYAT - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini tengah menyelidiki adanya kemungkinan hubungan Virus Corona jenis SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dengan penyakit langka pada anak-anak.

Dikutip oleh Pikiranrakyat-bekasi.com dari Aljazeera, WHO mengatakan pihaknya sedang mempelajari kemungkinan hubungan antara Virus Corona dan penyakit radang langka yang telah menginfeksi sekaligus membunuh anak-anak di Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Beberapa waktu lalu, sejumlah negara telah melaporkan kasus anak-anak yang terkena penyakit radang dengan gejala yang mirip dengan kondisi radang langka, disebut sebagai penyakit Kawasaki.

Baca Juga: 7 Tahun Menanti Kehadiran Buah Hati, Sang Ibu Hanya Bisa Melihatnya 4 Jam Sebelum Meninggal

"Laporan awal berhipotesis bahwa sindrom ini mungkin terkait dengan Covid-19," kata ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam briefing virtual pada Jumat, 15 Mei 2020.

"Sangat penting hati-hati menandai sindrom klinis ini, untuk memahami hubungan sebab akibat dan untuk menggambarkan intervensi pengobatan," ucapnya.

Tedros mengatakan WHO telah mengembangkan definisi kasus awal untuk penyakit ini, yang dijuluki sebagai Multisystem Inflammatory Syndrome in Children.

Baca Juga: Bom Truk Meledak di Kawasan Penduduk Afghanistan, 5 Orang Tewas

Organisasi itu meminta dokter di seluruh dunia untuk terus waspada dan tak abai dengan tanda-tanda dari penyakit ini.

Pernyataan Tedros terkait adanya kemungkinan hubungan virus corona dengan penyakit langka yang muncul pasa anak-anak itu diungkapkan setelah pada Junat 15 Mei 2020.

Seorang dokter di Prancis mengatakan di sana ada seorang bocah lelaki berusia sembilan tahun yang meninggal karena radang langka tersebut, kemudian ketika diuji COVID-19, hasilnya juga menunjukan positif.

Baca Juga: Tradisi Tembakan Meriam Sebagai Tanda Berbuka Puasa di Mesir

Kematian seperti itu adalah yang pertama di Prancis, sementara di New York dan London, penyelidikan terhadap kasus serupa pada anak sedang diselidiki.

Pada Rabu 13 Mei 2020, sebuah rumah sakit anak-anak di London mengatakan ada satu bocah lelaki berusia 14 tahun juga meninggal akibat penyakit itu, ia juga mendapatkan hasil positif setelah dites Virus Corona.

Pada Selasa, 12 Mei 2020 Gubernur New York Andrew Cuomo melaporkan tiga anak di negara bagian itu juga telah meninggal oleh kasus yang sama. Saat ini, lebih dari 100 kasus sedang diselidiki.

Baca Juga: Internasional Longgarkan Kebijakan Pembatasan Sosial, Harga Minyak Dunia Kembali Naik

Antara 1 Maret hingga 12 Mei 2020, Badan Kesehatan Prancis telah melaporkan total 125 kasus tersebut, dengan rata-rata usia pasien antara satu hingga 14 tahun.

Pada Jumat 15 Mei 2020, pakar WHO Maria Van Kerkhove mengatakan bahwa korelasi antara dua penyakit ini belum jelas, sebab beberapa kasus anak dengan sindrom tersebut belum dites Virus Corona.

"Kita perlu memahami apakah sindrom ini terkait dengan Covid-19 atau tidak. Semua Negara perlu waspada untuk ini, " katanya.

Baca Juga: Tolak Permintaan AS Soal Virus Corona, Tiongkok: Sampel Telah Dihancurkan demi Keamanan Bersama

Sementara itu Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan bahwa meskipun sindrom tersebut terkait dengan COVID-19, radang langka itu juga tidak mungkin disebabkan oleh Virus Corona.

"Yang belum kita ketahui adalah apakah hal-hal langka yang terjadi itu terkait langsung dengan virus, atau apakah kita juga melihat hasil dari respon kekebalan terhadap virus," katanya.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x