Mereka mengatakan ventilator mereka akan memberikan bantuan sementara kepada pasien dengan kesulitan pernafasan serta dalam keadaan darurat ketika ventilator standar tidak tersedia.
Baca Juga: Kuasai Pabrik Perlengkapan Medis, AS Khawatirkan Upaya Penimbunan Tiongkok untuk 'Peras Dunia'
"Saya merasa sangat bangga menjadi bagian dari tim yang mencoba melakukan sesuatu hal yang berarti untuk mendukung dokter dan perawat. Mereka adallah pahlwan kami saat ini," kata kapten tim, Somaya Faruqi.
Kekurangan ventilator adalah masalah global karena harganya yang terbilang mahal dimulai dari 30 ribu dollar AS atau setara dengan Rp 442 juta hingga 50 ribu dollar AS atau setara dengan Rp 737 juta. Dengan harga segitu, dimungkinkan bahwa negara miskin tidak mampu membelinya.
Tetapi para gadis-gadis mengatakan bahwa mereka sedang membangun perangkat yang sangat dibutuhkan saat ini dengan yang nantinya dikabarkan dibanderol seharga 600 dollar AS atau Rp 8,8 juta.
Baca Juga: Diduga Jadi Penyebab Munculnya Covid-19, Wuhan Resmi Larang Warganya Makan Hewan Liar
Dengan toko-toko tutup dan Kota Herat memberlakukan karantina wilayah, tantangan yang dihadapi para gadis itu adalah bepergian ke luar provinsi hanya sekadar mencari bagian untuk ventilator.
Tetapi pendiri kelompok itu, Roya Mahboob, mengatakan bahwa timnya masih memeiliki harapan untuk segera mengirimkan ventilator pada akhir Mei ini.
"Mereka selesai sekitar 70 persen. Satu-satunya hal yang kurang dari kami adalah sensor udara, yang kami coba untuk sumber daripada membangun dari awal karena membutuhkan waktu," kata Roya Mahboob.
Baca Juga: Permintaan Tinggi, Harga Minyak Dunia Masih Tunjukan Tren Kenaikannya