Vaksin Virus Corona Akan Diujicobakan kepada 10.000 Orang di Inggris

- 23 Mei 2020, 20:49 WIB
ILUSTRASI virus corona.*
ILUSTRASI virus corona.* /PIXABAY/

PIKIRAN RAKYAT - Oxford University dan AstraZeneca menghimpun sekira 10.000 orang dewasa dan anak-anak di Inggris untuk uji coba vaksin virus corona.

Hal itu direncanakan sehari setelah dua lembaga itu menerima bantuan dana lebih dari 1,2 miliar dolar (Rp 17,9 triliun) dari Amerika Serikat.

Dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari Antara, Sabtu 23 Mei 2020, sejumlah lembaga di Inggris menerima lembar pendaftaran dari 10.260 orang dewasa dan anak-anak untuk memeriksa seberapa baik sistem kekebalan manusia merespons vaksin yang diuji coba.

Uji coba ke manusia atau uji klinis itu juga dilakukan guna mengetahui seberapa aman penggunaan vaksin virus corona.

Baca Juga: Hand Sanitazer Dikabarkan Bisa Terbakar Dalam Mobil yang Panas, Simak Faktanya

Para peneliti mengutamakan tenaga kesehatan dan pekerja sektor publik untuk mendaftar pada uji coba vaksin itu guna mengetahui keampuhannya.

Sebab, mereka paling berisiko tertular virus corona jenis baru (SARS-CoV-2), penyebab Covid-19, saat menjalani kegiatan sehari-hari.

Uji coba tahap pertama dimulai 23 April dan melibatkan lebih dari 1.000 relawan berusia 18-55 tahun.

Oxford University menerangkan, uji coba tahap II dan III akan melibatkan warga berusia 56 tahun dan mereka yang lebih tua serta anak-anak berusia 5-12 tahun.

"Kecepatan menguji coba vaksin hingga memasuki tahap akhir uji klinis merupakan terobosan penelitian dari Oxford," kata pimpinan eksekutif AstraZeneca, Mene Pangalos.

Baca Juga: Studi: Obat yang Dikonsumsi Donald Trump untuk Covid-19, Nyatanya Miliki Risiko Tinggi Kematian

AstraZeneca merupakan perusahaan multinasional bidang farmasi dan biofarmasi yang berkedudukan di Cambridge, Inggris. Perusahaan itu memiliki tiga pusat riset di Cambridge; Gaithersburg, Maryland, Amerika Serikat; dan Mölndal di Swedia.

“Kendati demikian, hasil uji coba vaksin kemungkinan baru dapat dipublikasikan pada dua sampai enam bulan,” kata perwakilan Oxford University.

AstraZeneca telah menjadikan Inggris dan Amerika Serikat sebagai mitra untuk memproduksi vaksin secara massal. Perusahaan itu akan langsung mengirim vaksin ke dua negara itu apabila vaksin itu disebut layak pakai dan aman digunakan.

Direktur Eksekutif AstraZeneca, Pascal Soriot, bulan lalu mengatakan, hasil sementara tentang kemungkinan kemanjuran vaksin kemungkinan akan keluar sekira Juni atau Juli 2020.

Baca Juga: Demi Kejar Target, AS Direncanakan Lakukan Pengujian Vaksin untuk Covid-19 Secara Masif

Sejumlah relawan dalam kondisi sehat akan dipilih secara acak untuk disuntik vaksin jenis ChAdOx1, juga dikenal sebagai AZD1222, vaksin yang biasanya dipakai untuk menangkal meningitis/radang selaput otak.

Para relawan tidak diberi tahu informasi terkait pengelompokkan uji vaksin agar tidak berpengaruh terhadap tingkah laku mereka.

Para peserta uji coba kemungkinan akan mengalami efek samping ringan seperti sakit lengan dan sakit kepala setelah disuntik vaksin.

"Jika penularan tetap tinggi, kami mungkin mendapatkan data yang cukup dalam beberapa bulan guna mengetahui apakah vaksin ini bekerja, tetapi jika tingkat penularan turun, ini dapat menghabiskan waktu sampai enam bulan." kata perwakilan Oxford University.***

Editor: Yusuf Wijanarko

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x