Baca Juga: Prediksi Skor Man Utd vs Tottenham, Bisakah The Red Devils Menang jelang Liga Champions?
“Kami sadar bahwa depresiasi mata uang besar-besaran mendorong inflasi naik. Ini sangat merusak daya beli dan standar hidup sebagian besar penduduk Rusia,” tambahnya, dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Express, Jumat, 11 Maret 2022.
Dia menambahkan bahwa perkiraan pertumbuhan global kemungkinan akan dipotong sebagai akibat dari krisis ekonomi di Rusia.
Itu terjadi ketika Menteri Luar Negeri Rusia, Anton Siluanov mengatakan bahwa Rusia akan melakukan pembayaran utang luar negeri ke negara-negara Barat dalam mata uang rubel.
Baca Juga: Dorce Gamalama Dikabarkan Punya Utang, Keponakan Persoalkan Aset yang Dipegang Anak Angkat
Ini mungkin tidak menyenangkan bagi investor Barat yang biasanya menginginkan pembayaran dalam mata uang yang sama dengan mereka membeli obligasi.
Biasanya para investor Barat menggunakan dolar, poundsterling, atau euro dalam melakukan transaksi.
Namun, bila Rusia terus memaksa untuk membayar utang luar negeri mereka dengan rubel, maka Rusia dapat disebut sebagai negara bangkrut.***