Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ketika pandemi virus corona terus menyebar di seluruh dunia, penyakit itu menyebabkan gangguan besar dalam pasokan alat pelindung diri (APD).
Masalahnya sangat parah di negara-negara miskin dengan sedikit sumber daya untuk membayar harga tinggi di pasar global yang kompetitif.
Pada Maret, para pejabat WHO mendesak perusahaan di seluruh dunia untuk meningkatkan produksi sebesar 40 persen jika memungkinkan, untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Di Uganda, pekerja medis telah membahas boikot kerja untuk memprotes kurangnya peralatan pelindung di rumah sakit, terutama setelah beberapa petugas kesehatan dipastikan terinfeksi virus.
Baca Juga: Klarifikasi Perihal Zona Peta Sebaran Virus Corona, IDI Surabaya: Bukan Hitam, Tapi Masih Merah Tua
"Situasinya kritis. Banyak orang bekerja tanpa APD," kata Dr. Mukuzi Muhereza, sekretaris jenderal Asosiasi Medis Uganda, pekan lalu.
"Itu menghambat perjuangan melawan COVID-19 karena ada ketakutan di antara petugas kesehatan bahwa setiap kali saya menyentuh seorang pasien saya sendiri mungkin menjadi pasien COVID," ujar dia.
Akhir bulan lalu, kementerian kesehatan mengatakan rumah sakit umum Uganda kemungkinan kehabisan stok peralatan pelindung yang ada dalam tiga bulan.
"Memang benar kita menghadapi kekurangan APD," kata Emmanuel Ainebyoona, juru bicara kementerian, kepada Thomson Reuters Foundation dalam sebuah wawancara telepon.
Baca Juga: Tangis Saudara Kandung George Floyd Pecah, Minta Hukuman Mati Tanpa Pengadilan untuk Para Pelaku