Network
PR BEKASI - Ketegangan kedua negara China dengan Taiwan semakin memanas setelah China menembakan rudal balistik dalam latihannya di wilayah Taiwan pada Kamis, 4 Agustus 2022.
Dengan begitu, Taiwan mengecam atas tindakan negara tetangganya itu lantaran telah melakukan serangkaian latihan militer di jalur tersibuk di dunia.
Serangkaian latihan militer China akan dilakukan hingga Minggu, 7 Agustus 2022 serta mengerahkan jet tempur dan kapal perang di sekitar Taiwan.
Sementara menurut keterangan Taipei melaporkan, bahwa jet tempur dan kapal China melintasi 'garis tengah' yang membentang di Selat Taiwan pada Jumat, 5 Agustus 2022 pagi.
"Pada pukul 11 pagi, beberapa kelompok pesawat tempur dan kapal perang China melakukan latihan di sekitar Selat Taiwan dan melintasi garis tengah selat itu," kata kementerian pertahanan Taipei dalam sebuah pernyataan.
Diketahui garis median adalah perbatasan tidak resmi tetapi pernah sebagian besar dipatuhi yang membentang di tengah Selat Taiwan, yang memisahkan Taiwan dan China.
Sementara Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang, menyerukan sekutu untuk mendorong de-eskalasi.
"(Kami) tidak menyangka bahwa tetangga jahat di sebelah akan memamerkan kekuatannya di depan pintu kami dan secara sewenang-wenang membahayakan jalur air tersibuk di dunia dengan latihan militernya," kata Su Tseng-chang kepada awak media dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari news.com.au Jumat, 5 AGustus 2022.
Kantor berita China Xinhua mengatakan, pasukan tentara China telah menerbangkan lebih dari 100 pesawat tempur termasuk pesawat tempur dan pembom selama latihan, serta lebih dari 10 kapal perusak dan fregat.
Baca Juga: Link Live Streaming Arema FC vs PSS Sleman di BRI Liga 1, Tonton Keseruan Pertandingannya Malam ini
Sementara menurut militer China mengatakan, latihan militer yang dilakukanya melibatkan serangan senjata rudal konvensional di perairan di sebelah timur Taiwan.
Selain itu Jepang juga mengklaim bahwa dari sembilan rudal yang terdeteksi, empat di antaranya diyakini terbang di atas pulau utama Taiwan.
John Kirby, juru bicara Gedung Putih, mengatakan China telah memilih untuk bereaksi berlebihan dan menggunakan kunjungan pembicara sebagai dalih untuk meningkatkan aktivitas militer yang provokatif di dalam dan sekitar Selat Taiwan.***
