Pada hari kelulusan, para guru menyematkan korsase pada lulusan yang berbahagia, biasanya penyematan dilakukan oleh murid yang lebih muda.
"Masyarakat sangat kecewa karena tidak ada lagi sumber budaya," kata kepala sekolah Mikio Watanabe tentang keputusan penutupan, setelah berkonsultasi dengan warga desa. "Tempat itu akan lebih tenang tanpa suara anak-anak."
Para ahli pun memberikan peringatan kalau ditutupnya sekolah di pedesaan akan memperlebar kesenjangan nasional, serta tekanan yang lebih besar bagi daerah terpencil.
"Penutupan sekolah berarti kotamadya pada akhirnya akan menjadi tidak berkelanjutan," kata Touko Shirakawa, dosen sosiologi di Universitas Wanita Sagami.
Ten-ei akan membahas penggunaan kembali gedung sekolah. Di bagian lain Jepang, sekolah yang ditutup telah menjadi kilang anggur atau museum seni.
Aoi memiliki cita-cita untuk menjadi guru taman kanak-kanak di kampung halamannya, mulai April dia akan bersekolah di tempat yang berbeda dengan Eita.
"Saya tidak tahu apakah akan ada anak-anak di desa saat saya menjadi guru," kata Aoi. "Tapi jika ada, saya ingin kembali."***