Hamas dan partai Palestina lainnya telah bertahun-tahun menuntut agar pertemuan semacam itu dilakukan, tetapi Abbas selalu menolak langkah itu, menyerukan Hamas untuk menghormati pakta persatuan sebelumnya terlebih dahulu.
Namun, dengan perjuangan Palestina akhir-akhir ini menghadapi begitu banyak tantangan yang paling penting adalah normalisasi antara negara-negara Arab dan Israel, Abbas setuju untuk mengadakan diskusi.
Baca Juga: Lift di Gedung DPRD Jatuh, Ketua DPRD Yogyakarta Dilarikan ke Rumah Sakit
Husam Badran, seorang anggota biro politik Hamas, mengatakan beberapa faktor yang mendorong orang-orang Palestina bersatu antara lain kebijakan Presiden AS, Donald Trump mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel dan rencana aneksasi Israel atas wilayah Palestina.
Selain dua hal tersebut, normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dengan Israel dianggap sebagai pengkhianatan dan ancaman yang besar bagi warga Palestina.
Badran menyebut pertemuan kepemimpinan sebagai sebuah kemajuan besar yang menghasilkan keputusan yang jelas tentang beberapa masalah mendesak.
Baca Juga: Demam Tinggi dan Mual hingga Masuk UGD, Citra Kirana Alami Masitis dan Beri Pesan untuk Ibu Menyusui
"Desakan sejumlah negara Arab untuk menormalisasi hubungan mereka dengan Israel telah mendorong pembentukan kepemimpinan lapangan yang bersatu untuk perlawanan rakyat ke puncak agenda tindakan Palestina," kata Badran, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Aljazeera.
Dia menambahkan gerakan normalisasi mengharuskan Palestina bekerja sama dan memperkuat front internal mereka, dan melampaui semua perbedaan ideologi untuk menyelamatkan perjuangan Palestina.
"Para pemimpin Palestina mengubah penolakan mereka terhadap semua rencana yang bertujuan untuk melikuidasi perjuangan Palestina menjadi langkah-langkah realistis di lapangan," kata Badran.