Masuki Hari Kelima Pertempuran, Armenia dan Azerbaijan Menolak Adanya Perundingan

- 2 Oktober 2020, 15:57 WIB
Ilustrasi peta yang menampilkan wilayah Armenia (hitam), Azerbaijan (orange), serta wilayah sengketa Nagorno-Karabakh (putih).* /Al Jazeera/
Ilustrasi peta yang menampilkan wilayah Armenia (hitam), Azerbaijan (orange), serta wilayah sengketa Nagorno-Karabakh (putih).* /Al Jazeera/ /

PR BEKASI – Pertempuran antara pasukan Armenia dan Azerbaijan di sekitar wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan telah memasuki hari kelima.

Namun kedua belah pihak menolak untuk mundur dan memperhatikan seruan internasional untuk melakukan pembicaraan.

Pertempuran paling sengit antara pasukan Armenia dan Azerbaijan selama bertahun-tahun di wilayah yang memisahkan diri itu terjadi pada Minggu, 27 September 2020 menyebabkan sejumlah korban tewas dari kedua belah pihak.

Baca Juga: Jessica Iskandar Unggah Foto Cium Bibir El Barack, Warganet: Gak Pantes Kayak Gitu Ke Anak Cowok

Kantor jaksa penuntut umum Azerbaijan mengatakan Kamis, 1 Oktober 2020 bahwa serangan Armenia telah menewaskan seorang warga sipil di kota Terter, sekitar 90 km dari Nagorno-Karabakh, pada pagi hari dan merusak stasiun kereta api di sana.

Secara terpisah, kementerian pertahanan negara itu menyatakan pasukannya telah melakukan serangan artileri yang menghancurkan posisi pasukan Armenia di wilayah pendudukan sepanjang malam.

Di kota Stepanakert di Nagorno-Karabakh, yang juga dikenal sebagai Khankendi, dua ledakan terdengar sekitar tengah malam saat sirene dibunyikan, bahwa penduduk mengklaim kota tersebut telah diserang oleh drone.

Baca Juga: Harga Kebutuhan Pokok Jawa Barat Hari Ini Alami Fluktuasi, Berikut Daftarnya

Pejabat etnis Armenia di wilayah itu menggambarkan situasi semalam di sepanjang garis depan menegangkan dan mengatakan kedua belah pihak saling menembakkan artileri.

"Musuh berusaha untuk menyusun kembali pasukannya, tetapi pasukan Armenia menekan semua upaya semacam itu," kata mereka.

Pihak berwenang Armenia juga mengklaim bahwa dua warga negara Prancis yang bekerja sebagai jurnalis untuk Le Monde terluka pada hari Kamis dalam penembakan oleh pasukan Azeri di kota Martuni, Armenia, barat wilayah Nagorno-Karabakh.

Baca Juga: Tangkap Pengunggah Foto Kolase Ma’ruf Amin-Kakek Sugiono, Polisi Sebut Pelaku Kesal dengan Wapres

“Para wartawan yang terluka sedang dibawa ke rumah sakit,” kata pihak berwenang dalam sebuah pernyataan.

Pada Kamis malam, Presiden Armenia mengatakan pasukan pertahanan udara negara itu menjatuhkan empat drone di provinsi dekat Yerevan.

Armenia juga memanggil duta besarnya untuk Israel untuk konsultasi mengenai penjualan senjata Israel ke Azerbaijan.

Baca Juga: Sule dan Nathalie Holscher Dikabarkan Segera Menikah, Putri Delina: Selama Ayah Bahagia, Aku Setuju

Deklarasi kemerdekaan Nagorno-Karabakh dari Azerbaijan memicu perang pada awal 1990-an yang menewaskan 30.000 orang, tetapi masih belum diakui sebagai negara merdeka oleh negara manapun, termasuk Armenia.

Armenia dan wilayah yang memisahkan diri mengumumkan darurat militer dan mobilisasi militer pekan lalu, sementara Azerbaijan memberlakukan aturan militer dan jam malam di kota-kota besar.

Dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari situs berita Aljazeera, pembicaraan untuk menyelesaikan konflik sebagian besar terhenti sejak perjanjian gencatan senjata tahun 1994.

Baca Juga: Kerap Mendapat Teror Mistris, Outlet Ayam Geprek Milik Ruben Onsu Kini Mendapat Kiriman Bangkai Babi

Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat telah menengahi upaya perdamaian sebagai "Grup Minsk", tetapi dorongan besar terakhir untuk kesepakatan damai gagal pada tahun 2010.

Kedua belah pihak mengklaim telah menimbulkan kerugian besar pada kekuatan lawan dalam konflik yang membawa ancaman menarik kekuatan regional Turki dan Rusia, yang mendukung pihak yang berlawanan.

Yerevan, yang berada dalam aliansi militer negara-negara bekas Soviet yang dipimpin oleh Moskow, menuduh Turki mengirim tentara bayaran dari Suriah utara untuk mendukung pasukan Azerbaijan dalam konflik tersebut.

Baca Juga: Dituding Tak Akui Janin yang Dikandung Nadya Mustika, Rizki DA: Pastilah Saya Tanggung Jawab

Yerevan juga menambahkan bahwa mereka prihatin anggota kelompok bersenjata ilegal, termasuk dari Suriah dan Libya, sedang dikerahkan untuk berperang. Klaim itu dibantah oleh Azerbaijan.

Yerevan juga mengatakan awal pekan ini bahwa F-16 Turki yang terbang untuk mendukung pasukan Baku telah menjatuhkan pesawat perang SU-25 Armenia, tetapi Ankara dan Baku membantah klaim tersebut.

Meskipun tekanan internasional meningkat, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev sama-sama menolak gagasan untuk mengadakan perundingan, bahkan ketika seruan untuk menghentikan pertempuran meningkat.

Baca Juga: Alergi Pewarna Rambut, Kepala Perempuan Ini Membengkak dan Membesar seperti Bohlam

Presiden Rusia Vladimir Putin dan timpalannya dari Prancis Emmanuel Macron, dalam percakapan telepon Rabu, 30 September 2020 malam, mengeluarkan seruan terbaru untuk menghentikan pertempuran di Nagorno-Karabakh.

Putin dan Macron mengatakan mereka siap untuk meningkatkan upaya diplomatik untuk membantu menyelesaikan konflik.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah