Jadi Kafe dan Tempat Wisata, Masjid-masjid di Uighur Dialihfungsikan Pemerintah Tiongkok

- 17 Oktober 2020, 17:43 WIB
Penangkapan masjid di Kashgar, Tiongkok yang kini menjadi kafe.
Penangkapan masjid di Kashgar, Tiongkok yang kini menjadi kafe. / Asahi Shimbun/

PR BEKASI – Sampai awal Oktober 2020 lalu, bangunan-bangunan berkubah masih beridiri di Kashgar, Tiongkok. Akan tetapi, kini masjid-masjid itu ditutup dan diubah menjadi kafe untuk para wisatawan.

Masjid-masjid di Kashgar diubah oleh etnis Han Tiongkok untuk para wisatawan meminum teh atau tempat berbaring beristirahat.

Tidak ada lagi aktivitas keagamaan di sana, hanya aktivitas orang bersantai dan meminum teh. Warga setempat menyatakan bahwa pemandangan tersebut makin hari makin lumrah.

Baca Juga: Diperkosa Dua Pria di Depan Anak-anaknya, Polisi: Kenapa Lewat Jalan Sepi?

Sementara itu, warga muslim setempat mengaku ketakutan untuk berangkat ke masjid.

"Kami takut shalat di luar rumah jadi kami semua berkumpul di rumah untuk salat," kata seorang warga muslim yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The Asahi Shimbun pada Sabtu, 17 Oktober 2020.

Menurut laporan, Otoritas Tiongkok telah menutup sejumlah besar masjid yang digunakan oleh etnis Uighur di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang.

Baca Juga: BCA Raih Peringkat 2 Merek Bank Terkuat dari Brand Finance, Warganet Buat Trending 'Satpam BCA'

Tidak hanya di Kashgar, masjid-masjid di wilayah sekitar Urumqi juga telah diubah menjadi kafe dan tujuan wisata lainnya bagi etnis Han Tiongkok.

Rupanya perubahan fungsi masjid ini merupakan proyek negara. Otoritas Tiongkok bermaksud untuk mengubah kota kuno Kashgar menjadi tujuan wisata utama.

Beberapa bagian kota tempat rumah dan bangunan lain dibangun dengan gaya Uighur tradisional telah dirobohkan. Kini, bangunan itu dibangun kembali dengan gaya terbaru.

Baca Juga: Upah Minimum 2021 Diminta Tidak Naik oleh Pengusaha, Said Iqbal: Aksi-Aksi Akan Semakin Besar

Menurut penduduk setempat, sejumlah besar masjid kecil dan menengah yang tersebar di sekitar bagian kota lama telah ditutup selama dua hingga tiga tahun terakhir.

Bangunan lain yang jaraknya sekitar satu menit berjalan kaki dari bekas masjid juga sebagian menaranya dibongkar dan bekas tempat ibadah juga telah diubah menjadi kafe.

Masjid lain di bagian timur distrik pemukiman telah diubah menjadi toko suvenir yang menawarkan produk giok.

Baca Juga: Cari Lagu di Google Kini Lebih Mudah, Anda Hanya Tinggal Bersenandung di Google Search Versi Terbaru

Dari enam masjid di kota tua Kashgar, lima telah ditutup.

Sementara itu, seorang operator kafe etnis Han mengaku bahwa ia menyewa tempat itu dari pemerintah daerah.

Masjid tampaknya dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah dan disewakan untuk keperluan lain setelah ditutup.

Baca Juga: Sejumlah Polisi di Bekasi Tepapar COVID-19, Diduga Setelah Amankan Demo UU Cipta Kerja

Sebuah studi oleh Institut Kebijakan Strategis Australia (ASPI) menemukan tren serupa di bagian lain dari Daerah Otonomi Uighur Xinjiang.

Dalam laporan yang dirilis pada bulan September, ASPI membuat perbandingan menggunakan citra satelit. Hasil tangkapan citra satelit, sekitar 65 persen masjid telah dihancurkan atau dibangun kembali untuk tujuan lain sejak 2017.

Sebelumnya, bentrokan antara etnis Uighur dan Han di masa lalu telah membuat Beijing memperkuat pengawasannya terhadap Islam. Salah satu metode yang digunakan adalah Sinisasi agama.

Baca Juga: Videonya Banyak Diunggah Ulang, Bernard Dinata Ungkap Cerita Dibalik Lagu 'Untukmu Indonesia'

Seorang peneliti di organ Partai Komunis di Xinjiang membuat laporan terkait kebijakan partai tersebut.

"Jumlah masjid di Xinjiang sangat melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk kegiatan keagamaan. Beberapa masjid dianggap telah menjadi basis bagi kaum separatis dan radikal." bunyi petikan kutipan laporan tersebut.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: The Asahi Shimbun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x