Ungkapkan Rasa Ngerinya, Muslim Prancis: Serangan di Gereja Nice Tidak Mewakili Keyakinan Islam

- 3 November 2020, 06:00 WIB
Bendera Prancis.
Bendera Prancis. /Unsplash/Alice Triquet

PR BEKASI - Muslim Prancis juga ikut merasakan hal mengerikan dan kesedihan atas pembunuhan tiga jemaat gereja di tepi pantai Nice pada Kamis, 29 Oktober 2020.

Dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, mereka mengatakan bahwa kejahatan yang dilakukan tidak mewakili keyakinan maupun nilai-nilai Islam apa pun yang dianut mereka.

Diketahui serangan itu merupakan serangan ketiga dalam waktu sebulan lebih, pasca-ketegangan yang meningkat antara negara-negara Muslim dan Prancis.

Beberapa seruan untuk memboikot barang-barang Prancis dilakukan pekan lalu setelah Presiden Emmanuel Macron membela kebebasan berpendapat majalah satir Charlie Hebdo yang menerbitkan karikatur Nabi Muhammad.

Baca Juga: Ekonomi Turun Akibat Covid-19, Sri Mulyani Pastikan Anggaran Pendidikan Tidak Terganggu 

Komentar Emmanuel Macron muncul setelah pembunuhan brutal terhadap Samuel Paty, seorang guru sekolah menengah yang menunjukkan gambar Nabi kepada murid-muridnya selama diskusi tentang kebebasan berbicara.

Yasser Louati, seorang aktivis hak sipil Prancis, mengatakan para pelaku kejahatan semacam itu tidak membedakan antara Muslim dan Kristen, dan menganut ideologi yang asing bagi Islam.

"Seorang wanita dipenggal di dalam gereja, ini berarti orang-orang ini tidak ada hubungannya dengan yang (tempat) suci. Tidak ada batasan moral bagi mereka,” kata Louati kepada Al Jazeera.

“Sekitar 750 orang tewas di masjid-masjid di seluruh dunia, mengapa kita tidak bisa menghubungkan titik-titik dan melihat bahwa ideologi ini telah menyebar sehingga sejauh ini kita kalah dalam pertarungan gagasan. Kita menangani serangan ini seolah-olah mereka terpisah satu sama lain padahal tidak. 'Tenggelam dalam kegilaan'," sambungnya.

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x