Penuhi Janji di Detik-detik Akhir Jabatan, Donald Trump Keluarkan AS dari Pakta Iklim Global

- 4 November 2020, 18:32 WIB
Ilustrasi peningkatan suhu bumi akibat perubahan iklim.
Ilustrasi peningkatan suhu bumi akibat perubahan iklim. //Pixabay

PR BEKASI - Pada Rabu, 4 November 2020, pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan secara resmi keluar dari Perjanjian Paris.

Diketahui, hal tersebut dilakukan sebagai langkah untuk memenuhi janji bertahun-tahun Presiden AS Donald Trump untuk menarik AS dari pakta global dalam memerangi perubahan iklim.

Dikabarkan bahwa AS merupakan negara penghasil gas rumah kaca terbesar kedua di dunia.

Baca Juga: Warga India Doakan Kamala Harris Menang Pilpres AS, Nama sang Kakek Disebut-sebut

Namun, hasil dari kontes pemilu AS yang ketat akan menentukan berapa lama AS akan keluar dari pakta global tersebut.

Saingan Donald Trump dalam pemilu tahun ini dari Partai Demokrat, Joe Biden, telah berjanji untuk bergabung kembali dengan perjanjian penanganan perubahan iklim tersebut jika terpilih.

"Penarikan AS akan meninggalkan celah dalam rezim kami dan upaya global untuk mencapai tujuan dan ambisi Perjanjian Paris," kata Patricia Espinosa, sekretaris eksekutif Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), dikutip oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Rabu, 4 November 2020.

Sementara, AS masih tetap menjadi anggota dari UNFCCC.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Dilaksanakan Minggu Ketiga Desember, Luhut Targetkan Bali Jadi Zona Hijau

"Siap membantu AS dalam upaya apa pun untuk bergabung kembali dengan Perjanjian Paris," kata Espinosa.

Donald Trump pertama kali mengumumkan niatnya untuk menarik Amerika Serikat dari pakta perubahan iklim tersebut yakni pada Juni 2017 lalu, dengan alasan hal itu akan merusak ekonomi AS.

Namun, ia tidak dapat melakukannya secara resmi hingga sekarang. Karena, sejumlah persyaratan dari kesepakatan itu.

Sementara, pengunduran diri tersebut menjadikan AS sebagai satu-satunya negara dari 197 negara penandatangan yang telah menarik diri dari perjanjian perubahan iklim, yang dibahas dan dicapai pada 2015 lalu.

Baca Juga: Dinilai Kumpulkan Dana untuk Kegiatan Politik, Mahfud MD: Habib Rizieq Terima Uang dari Pendukungnya

Sebelumnya, Pemerintah AS di bawah kepemimpinan Obama telah berjanji untuk memotong emisi karbon AS hingga 26-28 persen pada 2025 mendatang dari tingkat emisi pada 2005 berdasarkan kesepakatan tersebut.

Jika terpilih untuk memimpin AS, Joe Biden diharapkan untuk meningkatkan tujuan pemotongan emisi AS tersebut, seperti yang dilakukan mantan pasangannya tersebut.

Ia telah berjanji untuk mencapai emisi nol-bersih pada 2050 mendatang di bawah rencana senilai 2 triliun dolar AS untuk mengubah ekonomi.

Sementara itu, kelompok Rhodium mengatakan bahwa emisi karbon AS pada 2020 ini akan berada di sekira 21 persen di bawah level emisi pada 2005.

Baca Juga: Poling Nasional Pilpres AS Ketat, IHSG Sempat Naik Namun Ditutup Turun Lagi

Selain itu, kelompok itu juga menyebutkan bahwa di bawah pemerintahan Trump periode kedua (jika ia terpilih kembali), tingkat emisi AS diperkirakan akan meningkat lebih dari 30 persen hingga 2035 dari tingkat emisi pada 2019.

Sebagian besar ilmuwan percaya bahwa dunia harus mengurangi emisi secara tajam dan cepat untuk menghindari efek paling dahsyat dari pemanasan global.

Negara Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa baru-baru ini meningkatkan target pengurangan emisi karbon di negara mereka.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah