Kondisi Ekonomi Keluarga Miris, Puluhan Anak Cianjur di Bawah Umur Jadi Korban Human Trafficking

- 24 Juli 2021, 06:10 WIB
Ilustrasi perdagangan anak di bawah umur.
Ilustrasi perdagangan anak di bawah umur. /Pixabay/Alexas_Fotos

PR BEKASI - Puluhan anak di bawah umur di Cianjur menjadi korban humas trafficking atau kasus perdagangan orang yang meningkat selama masa pandemi covid-19.

Kondisi ekonomi keluarga yang miris akibat terdampak covid-19 membuat beberapa orang tua mengizinkan anaknya untuk bekerja.

Laporan itu disampaikan Ketua Harian Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Cianjur, Jawa Barat, Lidya Indayani Umar yang mencatat adanya kenaikan kasus penjualan orang atau human trafficking dalam 6 bulan terakhir.

Baca Juga: Puluhan Nakes Positif Covid-19, RSUD Cianjur Tutup Pelayanan Poliklinik 

P2TPA Cianjur mendapati laporan 12 kasus perdagangan anak di bawah umur yang dijual ke tempat hiburan malam. Jumlah ini lebih tinggi dibanding kasus 6 tahun lalu.

Kenaikan ini diduga terjadi akibat berkurangnya ekonomi keluarga sebagai dampak pandemi sehingga banyak orang tua yang membiarkan anak perempuan mereka bekerja hingga rentan menjadi korban trafficking.

"Selama pandemi membuat orang tua yang SDM-nya kurang, membiarkan anak perempuannya untuk membantu ekonomi keluarga, namun mereka tidak tahu di mana anak mereka bekerja, meski usia mereka rata-rata masih di bawah umur berkisar antara 15 sampai 17 tahun," kata Lidya Indayani, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com.

Baca Juga: Eva Belisima Sebut Kiwil Punya Istri Lagi di Cianjur, Rohimah Kaget: Why? Kenapa kok Bisa Ada Lagi?  

Anak-anak di bawah umur yang menjadi korban, biasanya diiming-imingi gaji besar dan bekerja di bidang informal seperti karyawan di toko, rumah makan, dan beberapa tempat lainnya.

Tawaran tersebut membuat para korban tertarik karena terdesak oleh kebutuhan ekonomi keluarga.

Namun, pelaku yang merupakan sindikat penjualan orang, justru mengirim korban ke luar pulau seperti yang ditangani P2TP2A saat ini.

"Korban trafficking asal Cianjur yang dipekerjakan di NTT sebagai pemandu lagu, segera kami pulangkan," kata Lidya.

Baca Juga: Bikin Negara Rugi Besar! 3 Mantan Kades di Cianjur Korupsi Dana Desa Miliaran Rupiah 

"Sedangkan belasan orang korban lainnya di NTB masih dalam proses pemulangan setelah kami berkoordinasi dengan berbagai pihak," sambungnya.

Tidak hanya 12 anak di bawah umur yang tercatat oleh pihaknya, terdapat anak-anak lain yang juga terjebak namun berhasil melarikan diri ketika tahu bahwa dirinya menjadi korban perdagangan orang.

Minimnya pengetahuan dan pengawasan orang tua yang ekonominya sedang sulit, membuat mereka dengan mudah tergiur janji manis pelaku saat menawarkan berbagai pekerjaan.

Baca Juga: Viral Preman Ngaku Polisi Todongkan Sajam ke Pengemudi Gelap di Cianjur 

"Sehingga banyak orang tua yang mengizinkan anaknya untuk bekerja di luar kota atau luar pulau karena uang yang dijanjikan dapat membantu ekonomi keluarga. Namun setelah tahu, mereka baru melaporkan hal tersebut ke kami," katanya.

Selama pandemi, pihak P2TP2A mengaku kesulitan untuk menggencarkan sosialisasi terkait trafficking ke berbagai kalangan secara langsung.

Terlebih banyaknya pelosok di wilayah Cianjur selatan membuat pihaknya tidak bisa hany menggencarkan sosialisasi di media sosial.

Namun pihaknya tetap mengimbau kepada para orang tua untuk tetap mengawasi kegiatan anak perempuannya selama berada di luar rumah.***

 

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah