Anjas berpendapat, terdapat kemungkinan-kemungkinan mengapa hasil cetak buku tabungan itu tak dirilis ke publik.
Seperti antara lain, data itu krusial, atau dari hasil print out, terdeteksi ada transkasi yang mencurigakan.
"Transaksi nilainya tidak masuk akal dan tidak ada pertanggungajwaban karena memang Amel dan Tuti merupakan bendahara dan sekretaris. Nah ini bisa saja ada hubungannya karena Amel dan Tuti berhubungan dengan TKP," ujarnya.
Menurut Anjas, bisa saja ada sakit hati, mengingat Amel dan Tuti bersih, dana bantuan banyak, ada dana BOS, dan dan-dana lain yang tidak ada pertanggungjawabannya.
"Jadi bisa saja ke situ tidak mau terbongkar maka dihabisi. Isu ini memang dari awla kasus muncul namun hingga kini belum terpecahkan," ujarnya.
Dari penyelidikan, mencuat dugaan adanya motif terkait dengan sakit hati. Akan tetapi, sakit hati atau dendam karena apa?
Dugaan sakit hati muncul karena tidak adanya barang hilang. Salah satu saksi, Yoris, menyebut barang yang hilang hanya tiga alat komunikasi milik Amel.
Sedangkan uang Rp30 juta, untuk gaji guru, dan sejumlah perhiasan tidak hilang.