Pangeran Saudi: Bebaskan Palestina dulu, Baru Normalisasi Hubungan dengan Israel

- 22 Agustus 2020, 20:16 WIB
Bendera UEA dan Israel terlihat di Netanya, Israel setelah pembentukan hubungan diplomatik penuh antara kedua negara.
Bendera UEA dan Israel terlihat di Netanya, Israel setelah pembentukan hubungan diplomatik penuh antara kedua negara. /AP Images/Ariel Schalit

Kesepakatan itu menimbulkan spekulasi bahwa negara-negara Teluk Arab yang didukung AS mungkin akan menyusul.

Tetapi Pangeran Turki mengatakan Arab Saudi, kekuatan Teluk Arab terbesar yang secara tradisional memandu kebijakan terhadap Israel, mengharapkan imbalan yang lebih tinggi dari Israel.

Baca Juga: Virus Corona Bangkit Kembali di Korea Selatan, Netflix Hentikan Sementara Film Produksi Korsel

Hal ini merupakan rencana Liga Arab sejak 2002 yang menawarkan hubungan normalisasi Israel dengan imbalan penarikan Israel dari semua wilayah - Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem Timur yang direbut dalam perang Timur Tengah 1967 dari genggaman Palestina.

Tetapi Pangeran Turki juga menyuarakan pemahaman atas keputusan UEA, mencatat sekutu dekat Riyadh telah mengamankan syarat utama, yaitu penghentian rencana aneksasi Israel.

Saudi merespon terhadap kesepakatan UEA-Israel lewat Menteri Luar Negeri, Faisal bin Farhan bahwa Riyadh tetap berkomitmen pada inisiatif perdamaian Arab.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Video Pesawat Jatuh dan Masuk Pintu Tol Banyumanik

Pangeran Turki, yang merupakan mantan duta besar untuk Saudi untuk AS dan mantan kepala intelijen, tidak memegang jabatan pemerintah sekarang tetapi tetap berpengaruh sebagai ketua Pusat Penelitian dan Studi Islam Raja Faisal saat ini.

Seperti diketehui, Israel dan UEA sepakat untuk menjalin hubungan diplomatik penuh, dengan Israel berjanji menunda rencana untuk mencaplok bagian di Tepi Barat yang diduduki pada Kamis, 13 Agustus 2020.***

Halaman:

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah