PP Muhammadiyah Sebut Orang yang Mimpi Bertemu Nabi Tak Perlu Disampaikan ke Publik, Ini Alasannya

17 Desember 2020, 13:16 WIB
Logo Muhammadiyah. /Muhammadiyah

PR BEKASI - Muhammadiyah buka suara soal isu yang saat ini sedang hangat diperbincangkan yaitu tentang bermimpi bertemu dengan Rasulullah.

Isu ini viral usai Haikal Hassan yang bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad dilaporkan ke pihak kepolisian oleh Husein Shihab karena dianggap berita bohong dan menyesatkan.

Anggota Majelis Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ajengan Wawan Gunawan Abdul Wahid menyatakan bahwa orang yang bertemu dengan Rasulullah dalam mimpi merupakan anugerah dari Allah SWT. 

Baca Juga: Libur Akhir Tahun, Anies Larang ASN Pergi ke Luar Kota hingga Minta Tunda Cuti Tahunan

Akan tetapi, ujar Ajengan asal Garut ini, pengalaman tersebut tidak perlu disampaikan kepada publik lantaran dikhawatirkan menimbulkan pemahaman yang lain.

“Biasanya Muhammadiyah tidak membahas perihal yang seperti itu. Karena dikhawatirkan menimbulkan pemahaman yang lain. Bahwa misalnya itu terjadi, orang Muhammadiyah tidak terbiasa mengungkap hal itu,” tutur dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini.

Wawan menjelaskan bahwa pertemuan seseorang dengan Rasulullah dalam sebuah mimpi merupakan pertanda dari penghayatan religius dan bagian dari kesadaran irfani.

Baca Juga: Jangan Bandel, Warga Bekasi Dilarang Merayakan Malam Tahun Baru Jika Tak Ingin Hal Ini Terjadi

Ia juga menuturkan bahwa ulama besar sekelas Ahmad Dahlan pasti pernah merasakan pengalaman tersebut, namun dirinya memilih untuk tidak menyampaikannya pada khalayak ramai. 

“Tidak mungkin Ahmad Dahlan tidak mengalami mimpi tersebut. Siapa yang meragukan kesalehan beliau? Tapi beliau lebih memilih untuk diam dan tidak menceritakannya kepada siapapun,” ucapnya.

Kalaupun seseorang pernah mengalami mimpi itu, kata Wawan, silakan saja ceritakan. Hanya saja jika mencermati ulama-ulama Muhammadiyah, mereka tidak memiliki kebiasaan untuk mengumbar pengalaman tersebut. 

Baca Juga: Berhasil Menangi Pilkada di Namibia, Adolf Hitler Tidak Berhasrat Kuasai Dunia

Baginya, menahan diri untuk tidak menceritakan mimpi yang seperti itu merupakan satu sikap ketawadhuan. 

“Ketika tidak menceritakan mimpi bertemu Nabi, itu bagian dari ketawadhuan, dirinya ingin memperkaya batin religiusnya,” ujar Wawan seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari muhammadiyah.or.id, Kamis, 17 September 2020.

Terkait dengan amalan-amalan khusus, sejauh penelaahan Wawan, dirinya menegaskan bahwa tidak ada ibadah-ibadah khusus dengan tujuan agar bersua Rasul dalam mimpi. 

Baca Juga: Kader PDIP Akan Laporkan Pembuat Soal Ujian 'Anies Diejek Mega', Refly Harun: Dikit-dikit Polisi!

“Jangan mencari-cari ketemu Rasul, karena dikhawatirkan seolah menjadi keharusan dalam agama. Lebih baik kita mengamalkan apa yang sudah jelas perintah dan larangannya,” katanya.

Ulama Muhammadiyah lainnya Tuan Guru Ruslan Fariadi juga menyatakan bahwa sekiranya seseorang memiliki kebersihan hati, dan konsisten melaksanakan amalan-amalan saleh yang sudah jelas perkaranya, maka punya potensi besar bertemu Nabi dalam mimpi. 

Namun jika kesempatan bersua itu datang, Ruslan menegaskan agar memperbanyak syukur kepada Allah.

Baca Juga: Jelang Pergantian Presiden AS, Iran: Kami Sangat Senang Pemerintahan Trump Berakhir

“Adab seseorang bermimpi bertemu dengan Nabi, tentu harus bersyukur karena tidak semua orang bisa melihat Nabi dalam mimpi. Itu kenikmatan dan karunia Allah bisa diberi kesempatan melihat wajah Nabi yang mulia,” kata Ruslan.

Ada banyak hadis sahih yang meriwayatkan mimpi bertemu Rasulullah. Dalam hadis-hadis tersebut disebutkan bahwa siapapun yang bermimpi melihat Nabi, maka sungguh orang itu telah melihat Rasulullah tersebab setan takan mampu menyerupai tubuhnya. 

Namun ada kecaman serius dari Rasulullah bila mengaku-ngaku bertemu dengannya dalam mimpi. Barang siapa yang berdusta, Sabda Nabi, orang itu telah mengambil tempat duduk di neraka.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Muhammadiyah.or.id

Tags

Terkini

Terpopuler