Kritik Kebijakan PSBB Jawa-Bali, Teddy Gusnaidi: Hanya Judulnya Saja, Tapi di Lapangan Nol

11 Januari 2021, 21:03 WIB
Dewan Pakar Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Teddy Gusnaidi. /Twitter.com/@Teddy Gusnaidi

PSBB - Dewan Pakar Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Teddy Gusnaidi menyoroti kebijakan pemerintah yang kembali memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).

Seperti diketahui, PSBB ketat mulai diberlakukan di seluruh wilayah Jawa dan Bali selama 15 hari pada 11-25 Januari 2021.

Menurut Teddy Gusnadi, PSBB ketat tidak akan berefek sama sekali jika tidak ada ketegasan dan konsisten dalam menerapkan aturan seperti yang sudah-sudah.

Baca Juga: Blak-Blakan Puji Eva Belisima Sampai Berat untuk Dilepaskan, Kiwil: Dia Gak Bawel, Baik, Kaya Lagi

"Pembatasan hanya judulnya saja, tapi di lapangan nol. Ketegasan akan membuat masyarakat patuh. Entah kesadaran atau karena takut, yang pasti akan patuh," kata Teddy Gusnaidi, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari cuitan Twitter, Senin, 11 Januari 2021.

Teddy Gusnaidi lantas mencontohkan, misalnya ada tempat usaha makanan melanggar, maka usahanya ditutup, barang-barangnya disita, dipublikasikan, dan pemiliknya dipidana.

"Maka tempat usaha makanan lain pasti akan patuh, mereka tidak mau mengambil risiko seperti tempat usaha makanan yang ditutup tersebut. Harus ada ketegasan," kata Teddy Gusnaidi.

Baca Juga: HRS 'Borong' Status Tersangka, Christ Wamea: Beliau Diobok-obok Seperti Lakukan Kejahatan Luar Biasa

Selain itu, Teddy Gusnaidi juga mengusulkan agar aturan usaha tempat makan diterapkan pada semua usaha tempat makan baik yang berizin/permanen maupun yang dipinggir jalan.

Pasalnya, selama ini dia mengamati banyak kafe dan restoran ditutup, tapi tempat makan pinggir jalan tetap ramai dikunjungi.

"Ada kafe yang ditutup, tapi pecel lele, seafood pinggir jalan ramai orang makan, tidak ditutup. Selain itu, ada warung, kedai kopi, bakso, roti bakar, mie instan, sejenisnya di perumahan atau perkampungan masih buka, sehingga tempat kumpul pindah," tutur Teddy Gusnaidi.

Baca Juga: Umur Pesawat Tak Jadi Patokan Penyebab Sriwijaya Air Jatuh, Vincent Raditya Beberkan Alasannya

"Maka tujuan untuk menekan penyebaran tidak akan efektif, hanya memindahkan tempat saja, malah potensi semakin tinggi," sambungnya.

Dia menjelaskan, karena tempat penyebaran orang berkumpul semakin sedikit, yang terjadi adalah penumpukan orang di tempat makan di pinggir jalan, seperti seafood, pecel lele, kedai kopi, dan sebagainya.

"Ibarat angkot dikurangi, maka akan terjadi penumpukan orang, karena ketersediaan angkot tidak sesuai dengan jumlah penumpang," ujar Teddy Gusnaidi.

Baca Juga: Rohimah Tetap Ingin Cerai dan Tak Mau Dipoligami, Kiwil: Hidup Gue Sudah Hancur dan Berantakan

Teddy Gusnadi pun menjelaskan, dia lebih fokus ke aturan tempat usaha makan, karena di sana lah potensi tempat penyebaran virus.

"Orang datang silih berganti tidak tahu dari mana, menggunakan tempat yang sama, tanpa protokol. Kumpul menjadi satu sehingga sangat berpotensi menyebarkan virus," kata Teddy Gusnaidi.

Teddy Gusnaidi menyadari betul apa yang disampaikannya pasti akan menuai protes dari banyak orang. Pasalnya, banyak orang yang pasti akan mengeluh terkait kesulitan mencari nafkah.

Baca Juga: Bicara Soal Utang Negara, SBY: Pemimpin yang Baik Tak Akan Wariskan Beban pada Pemerintah Berikutnya

Oleh karena itu, Teddy Gusnaidi meminta pemerintah segera mencari solusi, karena jika PSBB ketat dilakukan tapi tempat makan tetap buka, maka tak akan ada efeknya sama sekali.***

Editor: Rika Fitrisa

Tags

Terkini

Terpopuler