Kritik Prestasi Pemprov Jakarta Soal Turunnya Kemacetan, Ferdinand Hutahaean: Ini Pembodohan Publik

18 Januari 2021, 11:07 WIB
Foto suasana kendaraan yang terjebak macet di Tol Cawang-Grogol, Jakarta, Jumat, 11 September 2020. /ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.

PR BEKASI – Berdasarkan data riset dari perusahaan TomTom Traffic Index, DKI Jakarta disebut berhasil keluar dari 10 besar kota termacet di dunia.

Kemacetan di Jakarta dinilai telah jauh berkurang hingga saat ini berada di posisi 31 dari total 416 kota lain di dunia setelah sebelumnya pada tahun 2019, berada di posisi 10. Kemacetan Jakarta di 2020 diprediksi turun hanya menjadi 36 persen.

Namun prestasi Jakarta tersebut justru menuai kritik dari mantan politisi Partai Demokrat yang kerap mengkritik Anies Baswedan dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Baca Juga: Demokrat Ngotot Ingin Pilkada 2022, Refly Harun: Ini Mungkin Bisa Sulitkan Anies di Pilpres 2024 

Menurutnya, informasi kemacetan di Jakarta yang turun yang dibagikan oleh Pemprov DKI Jakarta sebagai bentuk pembodohan dan kebohan publik.

"Menurut saya Tweet ini masuk kategori PEMBODOHAN PUBLIK DAN KEBOHONGAN PUBLIK yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta," ucap Ferdinand Hutahaean pada Senin, 18 Januari 2021 yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com.

Ferdinand Hutahaean menilai penurunan tingkat kemacetan di Jakarta terjadi karena berkurangnya aktivitas masyarakat ibu kota selama pemberlakuan PSBB yang dimulai sejak Maret 2020.

Ia pun menyebut indikator tersebut karena melihat menurunnya penjualan BBM di Jakarta selama periode PSBB.

Baca Juga: Gawat! Ungkap Penyebab Banjir Kalsel, Lapan: 10 Tahun Terakhir, Hutan Berkurang Perkebunan Bertambah 

"Macet menurun itu jelas bukan karena kinerja tp karena kondisi atau situasional penurunan aktivitas warga sejak PSBB. Buktinya penjualan BBM @pertamina menurun," ucap Ferdinand Hutahaean.

Diberitakan sebelumnya, berdasarkan hasil temuan TomTom Traffic, kemacetan di DKI Jakarta mengalami penurunan selama periode 2020.

TomTom Traffic adalah perusahaan mobilitas berskala global yang bergerak di sektor navigasi dan real time traffic information.

Selama empat tahun terakhir yakni sejak 2017 hingga 2020, peringkat dan indeks tingkat kemacetan DKI Jakarta terus menurun.

Baca Juga: 'Berkah' Masa PPKM bagi Pemkab dan Pengelola Wisata di Garut 

Pada 2017, DKI Jakarta menduduki peringkat 4 kota termacet di dunia dengan tingkat kemacetan 61 persen.

Setahun berikutnya, posisi Jakarta membaik jadi peringkat ketujuh dengan tingkat kemacetan 53 persen.

Kemudian pada 2019, peringkat DKI Jakarta membaik 3 peringkat atau berada di posisi 10 dengan tingkat kemacetan 53 persen.

Terakhir pada 2020, posisi DKI Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet di dunia. DKI Jakarta berada di peringkat 31 dengan tingkat kemacetan 36 persen.

Baca Juga: Sindir Anies Baswedan Soal Flyover 'Mewah' Tapal Kuda, Ferdinand Hutahaean: Berapa Nilai Proyeknya? 

Sejak Maret 2020, DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Anies Baswedan menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) untuk membatasi aktivitas masyarakat.

Selama PSBB sejumlah aktivitas masyarakat di luar rumah dibatasi seperti penghentian sementara aktivitas tatap muka di sekolah, penghentian sementara aktivitas perkantoran diganti kerja dari rumah (work from home atau WFH).

Sektor usaha dan transportasi juga dibatasi jam operasionalnya.

Dengan begitu, dapat diartikan bahwa penurunan kemacetan DKI Jakarta pada 2020 ada sumbangsih atau keterkaitan dengan pemberlakuan kebijakan PSBB.***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler