HNW Sependapat dengan Cuitan SBY soal Drama Politik dan Demokrasi AS

20 Januari 2021, 19:21 WIB
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) membenarkan pernyataan mantan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal drama politik AS. /Dok. PKS/PKS

PR BEKASI - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid atau kerap disebut HNW, menyetujui pandangan mantan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal drama politik yang terjadi di Amerika Serikat (AS).

Hidayat Nur Wahid mengatakan bahwa konflik yang terjadi di AS seputar pemilihan umum, seolah menampilkan wajah demokrasi di AS yang lain dari biasanya.

"Betul Bapak. Demokrasi sebagaimana dipertontonkan di AS belakangan ini, makin membuka tabirnya, sekalipun tetap saja jati diri demokrasi bukanlah “democrazy”. Demokrasi juga bukan 'Tuhan' apalagi 'hantu'," kata Hidayat Nur Wahid seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari akun media sosial Twitternya @hnurwahid, Rabu, 20 Januari 2021.

Dinyatakan oleh HNW, sistem demokrasi yang dianut oleh berbagai negara dunia termasuk AS dan Indonesia di antaranya, digunakan untuk mencapai manfaat.

Baca Juga: Bantah Lakukan Genosida terhadap Muslim Uighur, China Sebut Menlu AS Pembohong dan Penipu

"Demokrasi adalah sarana kemanusiaan untuk hadirkan kemaslahatan bersama," ucap Hidayat Nur Wahid.

Sebelumnya SBY dalam Twitternya membahas kondisi demokrasi yang terjadi di AS belakangan ini, perihal kerusuhan di Capitol Hill, sikap Trump, hingga bentuk persaingan dan sikap dari pemimpin yang bertarung saat ini.

Dalam pengamatannya, SBY menyatakan bahwa drama politik di AS bisa menjadi contoh pelajaran bahwa sistem demokrasi bukan merupakan sistem yang sempurna, selalu ada celah kegagalan dalam praktiknya di lapangan.

"Bagi para pecinta demokrasi, drama politik di AS saat ini dapat dipetik pelajarannya. Pertama, sistem demokrasi tidaklah sempurna, terutama implementasinya. Ada wajah baik & wajah buruk dalam demokrasi. Namun, tidak berarti sistem otoritarian & oligarki lebih baik," kata SBY.

Baca Juga: Heboh Tanda S.O.S di Pulau Laki via Google Maps, Roy Suryo: Hoaks, Ini Jelas-jelas Orang Iseng

SBY menerangkan dalam era 'post-truth politics' (politik yang tidak berlandaskan pada fakta), ucapan pemimpin (presiden) harus benar dan jujur. Sebab jika tidak, maka dampaknya sangat besar.

Inilah yang terjadi di AS baru-baru ini. Ketika Donald Trump mengatakan hasil pilpres adalah curang, sehingga menimbulkan kemarahan pendukungnya yang berujung penyerbuan ke Capitol Hill dan menyebabkan kerusuhan yan mencoreng nama baik AS.

Menurut SBY, penggunaan kebohongan sistematis dan berulang itu pada akhirnya akan berujung pada kegagalan. Hal itu kemudian berdampak pada hilangnya kepercayaan rakyat pada pemimpinnya, karena rakyat bisa membedakan mana yang faktual dan tidak faktual.

"Tiap pemilu ada yang menang, ada yang kalah. Meskipun berat & menyakitkan, siapapun yang kalah wajib terima kekalahan dan ucapkan selamat kepada yang menang. Itulah tradisi politik dan norma demokras yang baik. Sayangnya, sebagai champions of democracy, ini tidak terjadi di AS sekarang," kata SBY.

Baca Juga: Cek Fakta: Virus Mati yang Terdapat di Dalam Vaksin Sinovac Dikabarkan Bisa Hidup Lagi, Ini Faktanya

Lebih lanjut dikatakan SBY, pergantian kekuasaan di AS kali ini tidak berjalan lembut dan damai, justru dibarengi luka dan kebencian. Terlebih jelang pelantikan Joe Biden, AS disibukkan dengan penjagaan ketat dengan mengerahkan puluhan ribu tentara.

Karena itu, SBY menyebut situasi ini sebagai titik gelap dalam sejarah AS, serta merupakan warisan buruk yang ditinggalkan Donald Trump.***

Editor: Puji Fauziah

Tags

Terkini

Terpopuler