Sosok Empat Serangkai Disorot, Rektor Unhan Singgung Peran Ulama dalam Cikal Bakal Terbentuknya TNI

14 Februari 2021, 21:05 WIB
Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksamana Madya TNI Amarulla Octavian menjadi pembicara dalam peringatan PETA ke-76 secara virtual. /ANTARA/HO/ANTARA

PR BEKASI - Setiap tanggal 14 Februari, sebagian masyarakat bukan hanya merayakan hari valentine, namun juga diperingati sebagai hari peringatan pembentukan Pembela Tanah Air (PETA).

Mengenang pembentukan PETA, Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksamana Madya TNI Amarulla Octavian menyampaikannya saat menjadi pembicara dari acara peringatan ke-76 PETA yang diselenggarakan oleh Yayasan Peta.

Dalam acara yang digelar secara daring tersebut, Amarulla Octavian mengatakan terdapat tiga unsur yang berperan dalam pembentukan PETA yaitu ulama Islam, Soekarno, dan pihak dari Jepang.

Baca Juga: Foto Jokowi dengan Abu Janda cs di Istana Viral, Christ Wamea: Buzzer Binaan Pemerintah Itu Nyata

Baca Juga: Daerah Rumahnya di Jakarta Tidak Banjir, Jansen Sitindaon: Mantap Juga Gubernur Anies Baswedan

Baca Juga: Janji Tak Akan Proses Hukum Din Syamsuddin, Mahfud MD: Pemerintah Senang dengan Orang Kritis 

Ketiga unsur itu seperti dikatakan Amarulla Octavian, membentuk PETA yang kemudian menjadi Tentara Nasional Indonesia yang bertugas dalam mempertahankan keamanan negara dan keutuhan NKRI.

"Saat itu pada 1943 ada tiga unsur utama yang berperan, yaitu peran ulama Islam, Bung Karno yang saat itu belum menjabat sebagai presiden, kemudian peran tentara Jepang," kata Amarulla Octavian seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, Minggu, 14 Februari 2021.

Dari pihak Ulama Islam misalnya diwakili oleh KH Mas Mansyur yang merupakan tokoh dari Muhammadiyah sekaligus anggota Empat Serangkai Putera yang membawa suara kaum santri.

Baca Juga: Bantah Din Syamsuddin Radikal, Gus Sahal: Dia Politisi yang Manfaatkan Segala Cara untuk Berkuasa 

Kemudian tokoh lainnya dari kalangan Ulama Islam seperti Gatot Mangkoepradja yang meminta Jepang untuk membentuk barisan pemuda setempat untuk membela Tanah Air, hal itu dilakukan oleh Gatot dengan menulis surat yang dikirimkannya.

Tidak biasa, surat yang yang disebutkan menggunakan tinta dari darah Gatot Mangkoepradja itu di kemudian menjadikan Jepang membentuk penjabaran teknis dari Tokyo untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serbuan pasukan sekutu.

"Di dalam surat itu yang sangat heroik adalah tinta yang digunakan itu berasal dari darah Raden Mangkoepradja sendiri," kata Amarulla Octavian.

Baca Juga: Sinetron Thailand Tampilkan Adegan Kekerasan dan Pelecehan Seksual, Miss Universe Ikut Beri Kecaman 

Kemudian Bung Karno juga merupakan sosok yang berperan aktif dalam melakukan politik kooperatif dengan mengajak masyarakat menjadi tentara terlatih guna mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Diungkapkan bahwa perjalanan PETA sejak dibentuknya terus berperan hingga pengawalan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Terbukti ketika salah satu pengibar bendera Merah Putih saat itu adalah komandan Kompi, Cudanco PETA Latief Hendraningrat.

"PETA juga berperan penting di dalam perjuangan 1945 sampai 1949 dengan melahirkan doktrin perang gerilya. Di sini Panglima Soedirman dan para petinggi TNI lainnya saat itu sangat memahami bagaimana perang gerilya untuk menghadapi penjajah Belanda," kata Amarulla Octavian.

Baca Juga: Perutnya Berulang Kali Membuncit Lalu Kempis, Wanita di Cianjur Lahirkan Bayi Usai Hamil Hanya satu Jam 

Tidak kalah penting dampak positif dari keberadaan PETA ketika menghasilkan Sistem Pertahanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) yang penting dalam pertahanan keamanan negara.

"Sishankamrata ini secara hukum tertuang dalam UUD 45, dan ini penting sekali Sishankamrata masih digunakan TNI. SIshankamrata ini akhirnya dijabarkan dalam UU, komponennya yaitu utama, cadangan, dan pendukung," kata Amarulla Octavian.

"Jadi sangat penting sekali memahami Sishankamrata ini mulai dari roh nya para pejuang PETA. Di sini ada 80.000 pasukan PETA saat itu yang berhasil membentuk 400.000 prajurit militer," sambung Amarulla Octavian.

Karena itu, menurut Amarulla Octavian, masa depan Indonesia yang digadang-gadang akan cerah dengan adanya bonus demografi di tahun 2035, harus senantiasa diisi dengan semangat membela negara sebagai bentuk warisan semangat juang PETA.

Baca Juga: Kabar Banjir Darah di Madura Resahkan Warga, Polisi Buka Fakta Penyebar Hoaks: Pelaku Pernah Siksa Biawak 

"Selain membangun intelektual dan pengetahuannya, maka pemuda ini harus diisi juga akhlak dan mentalnya, semangat juangnya dalam bela negara. Ini adalah juga media untuk mewariskan perjuangan 1945 dari PETA," katanya.

Sementara itu mahasiswa program S3 Unhan sekaligus Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa PETA merupakan bagian dari langkah Bung Karno menghadapi situasi yang telah dipikirkannya tentang masa depan, yaitu perlunya angkatan perang untuk meraih serta melindungi kemerdekaan Indonesia.

"Pembentukan PETA melalui kepeloporan Bung Karno dimaksudkan sebagai langkah strategis konsolidasi negara dalam rangka kemerdekaan Indonesia. Jauh sebelumnya sejak 1930-an, Bung Karno telah menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia akan terjadi dalam suasana perang," kata Hasto Kristiyanto.

"Ketika pasifik membara sehingga pembentukan Peta sangat penting dalam perspektif pertahanan bagi negara yang akan segera merdeka dan memerlukan hadirnya angkatan perang yang membela dan melindungi kemerdekaan Indonesia," sambung Hasto Kristiyanto.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler