Gempa Kembar Guncang Lampung, BMKG Catat Sudah 5 Kali Terjadi di Indonesia Sejak 2007

15 Februari 2021, 13:37 WIB
Tangkapan layar - Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam diskusi virtual yang diselenggarakan BNPB dipantau dari Jakarta pada Senin, Februari 2021. /ANTARA/Prisca Triferna

PR BEKASI – Sejak 2007 lalu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tercatat sudah beberapa wilayah Indonesia diguncang oleh fenomena gempa kembar (doublet earthquake).

Hal tersebut dikatakan oleh Koordinator bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Senin, 15 Februari 2021 terkait gempa kembar yang mengguncang Lampung akhir-akhir ini.

"Di wilayah Indonesia sudah beberapa kali terjadi gempa kembar," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara.

Diketahui, ada lima kali gempa kembar yang terjadi di Indonesia yang terdiri dari gempa kembar Bengkulu pada 12 September 2007 magnitudo 8,4 dan pada 13 September 2007 magnitudo 7,8.

Baca Juga: 'Pak Lurah’ Dinilai Sudah Tak Mampu Atasi Emosi Rakyat, Rocky Gerung: Kalau Akalnya Sehat Mundur Saja

Baca Juga: Batal Nikah dengan Adit Jayusman, Ayu Ting Ting: Kalau Dua Keluarga Tak Bisa Jalan Kayak Roda, Ya Susah

Baca Juga: Eks Bintang Video Dewasa Miyabi Heran Nama dan Fotonya Ada di Buku Pelajaran Sekolah di Indonesia

Kemudian Gempa kembar Aceh 11 April 2011 magnitudo 8,6 pukul 15.38 WIB dan magnitudo 8,2 pukul 17.43 WIB.

Selanjutnya gempa kembar Bengkulu 19 Agustus 2020 magnitudo 6,8 pukul 5.23 WIB dan magnitudo 6,9 pukul 5.29.

Gempa kembar selatan Pangandaran 24 Agustus 2020 magnitudo 5,2 pukul 00.38 WIB dan magnitudo 5,0 pada pukul 00.54 WIB.

Baca Juga: Cathrine Wilson Bebas Usai Jalani Hukuman 7 Bulan di Penjara karena Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Serta Gempa kembar selatan Lampung 13 Februari 2021 magnitudo 5,3 pukul 11.18.21 WIB dan magnitudo 5,5 pada pukul 11.30.54 WIB.

Gempa kembar atau doublet earthquake adalah peristiwa gempa bumi yang kekuatannya hampir sama dan terjadi dalam waktu serta lokasi pusat gempa yang relatif berdekatan.

Daryono menjelaskan, gempa kembar yang terjadi bisa jadi memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain atau antara gempa pertama dan kedua.

Antara kedua gempa yang terjadi tersebut bisa saja berkaitan, kemungkinan penyebab terjadinya beberapa gempa kembar antara lain dapat disebabkan oleh picuan statis. 

Baca Juga: Ribuan Muslim Padati Kompleks Masjid Al-Aqsa Saat Salat Jumat, Sempat Ditutup 45 Hari Akibat Covid-19

Fenomena gempa kembar diduga akibat adanya pemicuan gempa yang bersifat statis (static stress transfer) dari gempa yang sudah terjadi sebelumnya.

Transfer tegangan statis ini berkurang secara cepat terhadap jarak, sehingga gempa kembar biasanya memiliki lokasi yang berdekatan.

Pemicuan bersifat statis dapat terjadi pada peristiwa dua atau lebih gempa yang sangat berdekatan sumbernya dalam waktu yang berdekatan, seperti halnya gempa Lombok 2018.

Gempa kembar bisa saja terjadi karena faktor kebetulan, di mana dua gempa yang terjadi memang bersumber dari masing-masing sumber gempa yang sama-sama “sudah matang”.

Baca Juga: Tekan Angka Pengangguran di Indonesia, Kemnaker Maksimalkan Layanan Pengantar Kerja

Sumber gempa tersebut menghasilkan gempa kembar karena sudah lama mengalami akumulasi medan tegangan (stress) maksimum.

Maka terjadilah pelepasan atau rilis energi gempa secara hampir bersamaan dengan lokasi sumber yang relatif berdekatan.

Lebih lanjut dia mengatakan, gempa kembar juga perlu diwaspadai karena jika kekuatannya besar dapat berdampak sangat merusak jika episentrumnya dekat dengan pemukiman penduduk. 

Sedangkan gempa kembar berkekuatan besar jika terjadi di laut dengan kedalaman dangkal dapat memicu terjadinya tsunami.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler