Dicap 'Cebong' dan Antek Rezim, dr. Tirta: Orang yang Menyalahkan Jokowi Berarti Belum Pernah Terkenal

26 Februari 2021, 19:06 WIB
Relawan Covid-19, dr. Tirta angkat bicara terkait kerumunan massa yang menyambut Presiden Jokowi di NTT. /Instagram/@dr.tirta/

PR BEKASI - Relawan Covid-19 Tirta Mandira Hudhi kembali mengungkapkan pendapatannya terkait kerumunan massa yang menyambut kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kota Maumere, Nusa TenggaraTimur (NTT).

Awalnya, dr. Tirta merasa geram lantaran pembelaannya terhadap Jokowi dinilai negatif oleh sejumlah pihak, bahkan tak sedikit warganet yang menyebut dirinya sebagai cebong dan antek rezim.

dr. Tirta lantas menilai bahwa pibak-pihak yang kini gencar menyalahkan Jokowi atas kerumunan massa di NTT, itu artinya orang tersebut belum merasakan menjadi orang terkenal.

Baca Juga: SBY Tegas Sebut Namanya Aktor di Balik GPK-PD, Moeldoko: Jangan Menekan Saya!

Baca Juga: SBY 'Turun Gunung' Atasi Isu Kudeta, Ali Ngabalin: Sama Sekali Tak Ada Pengaruhnya Bagi Presiden Jokowi

Baca Juga: Jokowi Disambut Kerumunan Disebut Spontanitas, Saleh Daulay: Tapi Kok Ada Bagi-bagi Suvenir?

Hal itu disampaikan dr. Tirta saat menjadi narasumber di acara "Dua Sisi" bertajuk "Ketika Presiden Jokowi Disambut Kerumunan" pada Kamis, 25 Februari 2021.

"Saya sih simpelnya gini, orang yang menyalahkan Jokowi berarti belum pernah terkenal, udah gitu aja," kata dr. Tirta, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari tayangan kanal YouTube tvOneNews, Jumat, 26 Februari 2021.

"Kenapa saya bilang seperti itu? Karena Pak Jokowi saat itu di saat yang serba salah, mau menerobos gak bisa, mau mundur gak bisa, kerumunan tetap ada di situ," sambungnya.

Baca Juga: Abu Janda Belum Jadi Tersangka, Sherly Annavita: Jangan Sampai Kepercayaan Masyarakat pada Polisi Menurun

Menurut dr. Tirta, Jokowi tidak sepatutnya disalahkan atas kerumunan massa di NTT, selain berada di situasi yang serba salah, Jokowi juga tetap mengingatkan masyarakat untuk memakai masker.

"Isi suvenirnya adalah masker, jadi bisa jadi 'yo masker, yo masker', dengan arahan mereka bubar," ujar dr. Tirta.

dr. Tirta pun tak setuju jika aksi Jokowi bagi-bagi suvenir itu dibuat-buat seolah menjadi penyebab kerumunan massa, padahal kerumunan sudah terjadi sebelum Jokowi membagikan suvenir.

Baca Juga: Sebut Banjir Terjadi di Mana-mana, Sutiyoso: Tapi Kenapa yang 'Digebukin' Anies, Gue Heran Juga

"Yang saya gak setuju media menggoreng, presiden membagi suvenir menciptakan kerumunan. Padahal kerumunan itu ada sebelum suvenir. Jangan digoreng seolah suvenir yang menyebabkan kerumunan," ujar dr. Tirta.

dr. Tirta pun mengimbau, agar ke depannya pihak protokoler lebih siap dan lebih baik lagi dalam menyiapkan kegiatan para pejabat negara di lapangan, agar kasus serupa tidak terjadi lagi.

"Yang menjadi perbaikan adalah kalau ada tokoh pejabat, seperti Pak Jokowi, Pak Ganjar, Pak Anies atau siapa pun tokoh terkenal itu yang jadi figur, kalau di lapangan silakan protokolernya menyiapkan," kata dr. Tirta.

Baca Juga: Soal Kerumunan di NTT, Ujang Komarudin: Yang Jadi Masalah Ketika Jokowi Melambaikan Tangan dan Bagikan Suvenir

"Kalau ada helikopter, ya naik helikopter untuk mencegah kerumunan. Jadi ini tanggung jawab protokol," ujarnya.

dr. Tirta pun mengingatkan tiga hal yang harus dilakukan pemerintah setelah terjadi kerumunan di NTT.

"Tindakan dari istana itu ada tiga. Pertama, melakukan 3T di NTT sebagai tanggung jawab atas kesalahan prosedur yang dilakukan protokoler," kata dr. Tirta.

"Kedua, tim protokoler serta pejabat daerah setempat harus meminta maaf kepada media. Ketiga, kembali dicek bahwa edukasi di luar Jawa tidak sebagus di Pulau Jawa, artinya para Satgas kita harus meningkatkan edukasi di NTT," sambungnya.

Baca Juga: Aksi Jokowi Bagi-bagi Suvenir Jadi Polemik, dr. Tirta: Itu Kan Dalam Rangka Membubarkan Kerumunan

Terakhir, dr. Tirta kembali mengungkapkan kekesalannya bahwa kini tindakan membela Jokowi selalu dianggap salah.

"Intinya kalau sekarang bela Pak Jokowi itu dianggapnya salah. Saya harus bilang di media, bela Pak Jokowi itu adalah tindakan anti mainstream yang membutuhkan nyali besar," tuturnya.

"Intinya kalau membela pemerintah dianggap antek rezim, udah lah gak usah nutup-nutupin itu. Padahal beliau gak salah, disalah-salahin," ujar dr. Tirta.***

Editor: Rika Fitrisa

Sumber: YouTube tvOneNews

Tags

Terkini

Terpopuler