PR BEKASI - Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai menanggapi pernyataan mantan kader Partai Demokrat Jhoni Allen Marbun yang menyebut Partai Demokrat adalah partai dinasti pertama di Indonesia bahkan di dunia, yang dipimpin oleh bapak dan anak.
Natalius Pigai merasa tak setuju dengan pernyataan Jhoni Allen itu, karena menurutnya masih ada beberapa partai politik di Indonesia yang juga dipimpin oleh bapak dan anak.
Natalius Pigai menyebut bahwa partai politik yang dipimpin oleh orang tua dan anaknya adalah PDIP, NasDem, Golkar, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Singgung Adanya 'Presiden Boneka', Rocky Gerung: Seharusnya yang Dicabut Itu Omnibus Law
"Bung Marbun baru pulang dari Islandia kan? Sekadar info di PDIP (Ibu dan Anak-anak), NasDem (Bapak dan Anak), Golkar (Bapak-bapak dan Anak-anak), dan lain-lain," kata Natalius Pigai, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari cuitan Twitter @NataliusPigai2, Kamis, 4 Maret 2021.
Natalius Pigai pun lantas mempertanyakan kenapa Jhoni Allen hanya mengkritik Partai Demokrat.
Menurutnya, sikap Jhoni Allen itu tak ubahnya seperti mantan pejabat pemerintahan Presiden Jokowi yang menjadi oposisi setelah dipecat.
Baca Juga: Kisruh Partai Demokrat Kian Panas, Herzaky: Jangan Baper untuk Mantan Kader yang Dipecat!
"Semua dikritik nggak? Apa bedanya dengan yang lain jadi oposisi setelah dipecat, seperti mantan-mantan pejabat Pemerintah Jokowi," ujar Natalius Pigai.
Sebelumnya, Jhoni Allen mengatakan bahwa sejak 2013 lalu, Partai Demokrat telah dikenal sebagai partai dinasti, lantaran bapak dan anak, yakni Susilo Bambang Yudhono (SBY) dan Edhy Baskoro Yudhoyono masuk dalam kepengurusan partai.
Hal itu disampaikan Jhoni Allen di kanal YouTube Bang MA Official pada Senin, 1 Maret 2021.
"Sudah tertanam di masyarakat bahwa Partai Demokrat adalah partai dinasti sejak KLB pertama di Bali tahun 2013, di mana Bapak SBY jadi Ketua Umum dan anak kandungnya, Edhie Baskoro Yudhoyono jadi Sekretaris Jenderal Partai Demokrat. Ini baru pertama kali di Indonesia, bahkan di dunia," kata Jhoni Allen.
Jhoni Allen menilai, apa yang dilakukan SBY itu sejatinya merupakan sebuah pengingkaran sejarah terhadap fakta sejarah lahirnya Partai Demokrat.
"Fakta sejarah yang benar bahwa sejak Partai Demokrat diaktekan di notaris oleh 99 pendiri partai di Jakarta. Kemudian gayung bersambut, bermunculan para pendiri Demokrat di seluruh provinsi, kota, kabupaten di seluruh Indonesia," kata Jhoni Allen.
Jhoni Allen menjelaskan, mereka lah yang saling bahu-membahu berjuang meloloskan verifikasi KPU, sehingga Partai Demokrat menjadi partai peserta Pemilu 2004.
Oleh karena itu, Jhoni Allen pun bersaksi atas nama Tuhan bahwa SBY bukan pendiri Partai Demokrat, apalagi ikut berjuang membesarkan nama Partai Demokrat.
"Demi Tuhan, saya bersaksi bahwa SBY tidak berkeringat sama sekali, apalagi berdarah-darah sebagaimana pernyataannya di berbagai kesempatan," ujar Jhoni Allen.
Lebih lanjut, Jhoni Allen mengungkap bahwa SBY bergabung dengan Partai Demokrat setelah lolos verifikasi KPU.
"SBY bergabung dalam Partai Demokrat setelah lolos verifikasi KPU, dengan memasukkan almarhumah Ibu Ani Yudhoyono sebagai salah satu Wakil Ketua Umum, dan hanya menyumbang uang Rp100 juta, dalam bentuk empat lembar travel cek di Hotel Mirah Bogor," tutur Jhoni Allen.
Jhoni Allen pun mengungkapkan bahwa SBY baru muncul di acara Partai Demokrat setelah mundur dari kabinet Megawati Soekarnoputri.
"Pak SBY, setelah mundur dari kabinet Ibu Megawati baru muncul pada acara Partai Demokrat di Hotel Kinasih, Bogor, di mana saat itu saya ketua panitianya. Ini menegaskan bahwa SBY bukan pendiri Partai Demokrat," ujar Jhoni Allen.***