Sentil Pihak yang Sebut Islam Tak Perlu Ijtihad Ulama, Taufik Damas Beri Ilustrasi Menohok

15 Maret 2021, 19:32 WIB
Wakil Katib Syuriyah PWNU DKI Jakarta KH Muhammad Taufik Damas KH Muhammad Taufik Damas, memberi pesan menohok untuk pihak yang menyudutkan ijtihad ulama. /Twitter.com/@taufikdamas/

PR BEKASI - Wakil Katib Syuriyah PWNU DKI Jakarta, KH Muhammad Taufik Damas menceritakan bagaimana Islam di Indonesia pertama kali menerima Alquran yang benar-benar asli.

Ayat Alquran tersebut tanpa tanda dan syakal, yang menurut Taufik Damas, dikhawatirkan tidak akan mampu membacanya karena tidak ada titik-titik, syakal, maupun penjelasan tajwid.

Disampaikannya ketika Islam mulai berkembang dan banyak yang memeluknya, ada bentuk kekhawatiran tidak mampu membaca Alquran dengan benar sehingga mempengaruhi makna di dalamnya.

Karena itu, agar dapat dibaca dengan benar dan pengertiannya dipahami, para ulama melakukan ijtihad dengan menciptakan titik-titik, tanda baca (syakal atau harakat), ilmu nahwu, dan ilmu tajwid.

Baca Juga: Siap Maju sebagai Capres di Pilpres 2024, Giring Ganesha: Giring Presiden, Kuliah Gratis! 

Baca Juga: Sempat Berkonflik dan Dievakuasi, Suro Tampak Semangat saat Dilepasliarkan ke Taman Nasional Gunung Leuser

Baca Juga: Jalani Sidang Pembacaan Pledoi, Djoko Tjandra: Saya Telah Jadi Korban Miscarriage of Justice

"Adalah Abu Aswad Ad-Duali, yang menciptakan tanda baca (syakal/harakat), tanda baca yang diciptakan oleh Abu Aswad masih berupa titik-titik," katanya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari akun Twitter @TaufikDamas pada Senin, 15 Maret 2021.

Titik-titik itu yang membedakan bacaan fathah, kasrah, atau dhommah.

Fase selanjutnya ada ulama Nasr ibn Ashim dan Yahya ibn Ya'mar, yang berijtihad menciptakan garis-garis pendek untuk membedakan ejaan huruf yang sama seperti ba, ta, tsa, ha, kha, dan lainnya.

Kemudian fungsi tanda baca tersebut dibalik oleh Khalil ibn Ahmad, yang tadinya tanda harakat diubah menjadi tanda pembeda ejaan antara huruf-huruf yang bentuknya sama.

Selanjutnya diciptakan tanda hamzah, yang sebelumnya ditulis dalam bentuk alif. Khalil ibn Ahmad berijtihad menciptakan tanda tanwin, tasydid, dan sukun.

Baca Juga: Cek Fakta: Hati-hati! Biaya Denda Tilang Elektronik Dikabarkan Sampai Rp5 Juta, Ini Faktanya 

"Dia memang dikenal pakar fonologi (ilmu ashwath), morfologi, dan sintaksis bahasa Arab," cuit Taufik Damas.

Khalil ibn Ahmad kemudian mendidik seorang murid yang terkenal dalam bidang ilmu nahwu, Imam Sibawaih.

Selain fonologi, morfologi, dan sintaksis, Alquran juga mengandung ilmu tajwid yang dihimpun oleh para ulama.

Di antara mereka adalah Al-Adzhim Abu Ubaid Al-Qasim ibn Salam, Hafsh ibn Umar Ad-Duriy, dan lainnya.

Taufik Damas mengatakan dengan ilmu tajwid ini umat bisa mengerti panjang pendek dari Alquran, dan dapat membedakan suara huruf-huruf yang ada di dalamnya, terutama yang pelafalannya sama seperti ha, kha, dan ha'.

Baca Juga: Bakso Nur Fitri di Bogor Mendadak Banjir Pesanan, Viral di TikTok hingga Paras Mirip Uut Permatasari 

Dijelaskan, pemaparan singkat itu ditulisnya sebagai respons terhadap beberapa orang yang menyatakan bahwa memahami Islam tak perlu merujuk pada ijtihad para ulama.

"Mereka meyakini Islam itu mudah, maka memahaminya cukup dengan kembali kepada Alquran; tidak perlu mempelajari ijtihad para ulama yang rumit," katanya.

Dikatakannya, penjelasan itu dimaksudkan agar orang tersebut sadar.

Jika tidak ada ulama maka umat bahkan tak mampu membaca Alquran dengan benar, apalagi menggali hukum di dalamnya.

Dia menegaskan yang menciptakan titik-titik, harakat, nahwu, dan tajwid bukan Rasulullah dan para sahabat, tetapi para ulama.

Baca Juga: Ramai Isu Jokowi 3 Periode, Rizal Ramli: RI Bisa Bubar, Wong Kinerja Memble dan Ekonomi Anjlok 

"Orang yang menyatakan bahwa memahami Islam cukup kembali kepada Alquran, sambil mengabaikan peran para ulama, saya yakin orang itu tidak pernah belajar sejarah Alquran, bahkan tidak pernah belajar islam dengan sebenar-benarnya," cuitnya.

Dia mengingatkan untuk tidak mudah terpukau pada orang-orang yang jago menyitir ayat, untuk kemudian menyimpulkan keputusan hukumnya.

"Jika tidak didasarkan pada pemikiran Islam yang panjang, pasti sering keliru. Wallahu a'lam," pungkas Taufik Damas.***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler